Kamis 05 Oct 2017 11:39 WIB

Perusahaan AS Terancam dengan Kebijakan Investasi Cina

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Cina dan AS. Ilustrasi.
Foto: worldwide-connect.com
Bendera Cina dan AS. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kelompok pengusaha Amerika Serikat (AS) merasa terancam dengan peraturan investasi dan kebijakan industri Cina yang mengutamakan perusahaan domestik. Wakil Presiden Senior Kebijakan Global Dewan Industri Teknologi Informasi AS Josh Kallmer mengatakan, Cina telah membuat peraturan yang kurang menguntungkan bagi perusahaan asing.

"Pada skala kompetitif ini sangat mempengaruhi perusahaan AS dan asing," kata Kallmer dilansir Reuters, Kamis (5/10).

Kekhawatiran ini sebetulnya bukan merupakan hal baru. Pada 1 Januari 2017, Representasi Perdagangan AS (USTR) melaporkan kepada kongres mengenai kepatuhan kebijakan perdagangan yang dilakukan oleh Cina. Asisten Administrator USTR Edward Gresser mengatakan, dalam persidangan ada pengakuan bahwa peraturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tidak mencakup semua praktik perdagangan Cina yang dipandang tidak adil. AS dan anggota WTO lainnya merumuskan cara-cara efektif untuk mengatasi praktik perdagangan yang diduga melanggar peraturan WTO.

"Kita membutuhkan cara-cara yang efektif untuk mengatasi praktik yang dilakukan oleh Cina, yang mungkin melanggar semangat WTO," kata Gresser.

Sementara itu, Wakil Presiden Kamar Dagang dan Industri AS untuk Wilayah Cina Jeremie Waterman mengatakan, rezim investasi Cina memang cukup ketat termasuk kebijakan mengenai transfer teknologi. Hal ini membuat perusahaan asing menjadi kurang tertarik berinvestasi di Cina.

Di samping itu, Cina juga memiliki rencana jangka panjang yakni Made In China 2025. Rencana ini bertujuan agar semua produk dan teknologi yang ada di Cina dibuat di dalam negeri. Menurut Waterman, hal ini menempatkan perusahaan teknologi asing menjadi kurang menguntungkan.

"Perombakan ini membuat hubungan ekonomi AS dan Cina menjadi kurang stabil dalam beberapa tahun terakhir," kata Waterman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement