Rabu 04 Oct 2017 13:28 WIB

Industri Plastik Masih Terkendala Pasokan Bahan Baku

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nur Aini
 Sejumlah pekerja menata karung berisi polypropylene (bahan dasar pembuat plastik) PT Chandra Asri di Kawasan Industri Cilegon, Banten.
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Sejumlah pekerja menata karung berisi polypropylene (bahan dasar pembuat plastik) PT Chandra Asri di Kawasan Industri Cilegon, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri plastik nasional masih terkendala pasokan bahan baku. Indonesia masih mengimpor hampir 50 persen bahan baku plastik. Padahal, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan, pengembangan industri plastik masih sangat prospektif karena tingkat konsumsi terhadap kebutuhan komoditas tersebut cukup tinggi.

"Industri (plastik) ini merupakan sektor vital dengan ruang lingkup mulai dari hulu, antara hingga hilir, yang selalu dibutuhkan oleh industri lain dan memiliki variasi produk yang sangat luas, kata Haris, dalam keterangan tertulis.

Kemenperin mencatat, jumlah industri plastik di Tanah Air saat ini mencapai 925 perusahaan. Mereka memproduksi berbagai macam produk plastik dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 37.327 orang dengan total produksi hingga 4,68 juta ton per tahun. Sementara, permintaan produk plastik nasional sekitar 4,6 juta ton per tahun. Angka ini meningkat lima persen dalam lima tahun terakhir.

Untuk meningkatkan pasokan bahan baku dari dalam negeri agar mampu memenuhi kebutuhan industri secara nasional, Haris menyebut pemerintah telah memfasilitasi pemberian bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP). Di samping itu, pemerintah juga memfasilitasi kegiatan promosi dan investasi, penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), serta pengaturan tata niaga impor.

"Agar siap menghadapi persaingan pada pasar bebas, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN, Kemenperin pun mendorong industri plastik nasional mampu bersinergi dan terintegrasi melalui kerja sama dengan stakeholders terkait, " kata Haris.

Adapun bentuk sinergi yang perlu dilakukan, menurut Haris, di antaranya penguatan penelitian dan pengembangan (research and development) serta kebijakan yang mendukung peningkatan daya saing agar produk plastik domestik bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan mampu bersaing di pasar internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement