Selasa 03 Oct 2017 13:30 WIB

Inggris Kembali akan Terbitkan Sukuk

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Elba Damhuri
Kota London
Foto: flickr
Kota London

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris berencana kembali menerbitkan sukuk pada 2019 mendatang. Hal ini memberi tanda keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) bakal mempercepat rencana mereka mengembangkan industri keuangan Islam.

Pada 2014, Inggris menjadi negara Barat pertama yang menerbitkan sukuk dengan nilai 200 juta poundsterling (268 juta dolar AS atau sekitar Rp 2,7 triliun dengan kurs saat itu Rp 10 ribu) bertenor lima tahun. Penawaran ini mendapat respons positif dengan kelebihan permintaan mencapai 10 kali lipat.

Pemerintah Inggris menyatakan penerbitan sukuk tiga tahun lalu itu bukan merupakan program reguler. Tapi, pihak Perbendaharaan Negara menyatakan Pemerintah Inggris sedang bersiap menerbitkan instrumen serupa saat sukuk 2014 jatuh tempo pada 2019.

''Inggris merupakan gerbang keuangan Islam di Barat dan Pemerintah Inggris ingin sektor ini bisa berkembang di masa depan,'' kata seorang pejabat Perbendaharaan Negara Inggris seperti dikutip Reuters, Senin (2/10).

Brexit bisa mengancam dominansi London sebagai pusat keuangan dunia dan berpotensi mempersulit perusahaan-perusahaan yang berbasis di Inggris masuk ke UE. Survei Reuters menunjukkan Inggris akan kehilangan sekitar 10 ribu kesempatan kerja di sektor jasa keuangan. Frankfurt dan Paris akan lebih diuntungkan akan hal itu.

Co-chairman lembaga konsultan keuangan Islam di London Dome Advisory, Bilal Khan, mengatakan perkembangan keuangan Islam di satu sisi menahan efek negatif Brexit. Hubungan London dengan Asia Tenggara dan negara Kawasan Teluk juga menguat.

''Brexit meningkatkan minat Pemerintah Inggris terhadap keuangan Islam. Karena Brexit, Inggris ingin membangun hubungan ekonomi dengan negara non-UE,'' kata Khan.

Ia memprediksi, nilai sukuk kedua Inggris kali ini akan mencapai satu miliar poundsterling.

Di Bursa Efek London ada 65 sukuk tercatat dengan nilai 48 miliar dolar AS. Di UE, Luksemburg juga menerbitkan sukuk dengan peringkat AAA berdominasi euro. Sukuk Luksemburg itu merupakan sukuk pemerintah pertama dengan peringkat AAA.

Analis Manulife Asset Management, Richard Segal, menyatakan Brexit membuat Inggris kesulitan mengembangkan pasar sukuk. Menurut dia, sukuk bisa jadi instrumen menarik tapi tanpa target pasar alami.

Richard melihat penerbitan sukuk pada 2014 oleh mantan Menteri Ekonomi Inggris, George Osborne, merupakan eksperimen. Namun saat ini, prioritas Inggris sudah berbeda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement