Senin 02 Oct 2017 16:42 WIB

Harga Beras Hingga Emas Dorong Inflasi Jawa Timur

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Nur Aini
Inflasi, ilustrasi
Foto: Pengertian-Definisi.Blogspot.com
Inflasi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jatim Satriyo Wibowo mengungkapkan, pada September 2017, Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,19 persen. Inflasi tersebut didorong tiga komoditas utama, yakni beras, biaya kontrak rumah, dan emas perhiasan.

"Berkurangnya produksi beras di beberapa daerah, serta penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) membuat harga beras menjadi naik. Begitupun, naiknya harga emas dunia dan pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat harga emas menjadi tinggi," kata Satriyo di Kantor BPS Jatim, Jalan Raya Kendangsari Industri Nomor 43-44, Kendangsari, Tenggilis Mejoyo, Surabaya, Senin (2/10).

Satriyo mengungkapkan, selain tiga komoditas utama tersebut, masih ada komoditas lain pendorong laju inflasi di Jatim pada September 2017. Komoditas yang dimaksud adalah sewa rumah, mie, biaya akademi atau perguruan tinggi, besi beton, pepaya, upah baby sitter, dan teh manis.

Satriyo juga memaparkan beberapa komoditas yang menjadi pengganjal laju inflasi di Jatim pada September 2017. Tiga komoditas utama yang menghambat adalah bawang putih, bawang merah, dan cabai rawit.

Adanya panen serentak di bulan September membuat pasokan bawang putih dan bawang merah melimpah di pasaran, dan mengakibatkan harga menjadi turun. Begitupun kondisi cuaca yang masih kemarau, membuat stok cabai rawit melimpah diikuti dengan kualitas yang baik. "Ini membuat harganya juga semakin turun di pasar," kata Hariyanto.

Hariyanto mengungkapkan, pada September 2017, dari tujuh kelompok pengeluaran, enam di antaranya mengalami inflasi, dan hanya satu yang deflasi. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi ialah sandang, yang mencapai 0,77 persen. Kemudian diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,53 persen. Ketiga, ada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,44 persen. Selanjutnya, kelompok kesehatan sebesar 0,29 persen.

Kelima, kelompok pengeluaran di Jatim yang mengalami inflasi pada September 2017 adalah kelompo makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,26 persen. Keenam, kelompom transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,08 persen. "Kelompok yang mengalami deflaai adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,56 persen," kata Hariyanto.

Hariyanto kemudian menjabarkan, laju inflasi tahun kalender Jawa Timur pada September 2017 mencapai 3,06 persen. Ini tercatat lebih tinggi dibanding September 2016 yang hanya sebesar 1,96 persen. Adapun, laju inflasi tahun ke tahun (yoy) Jawa Timur pada September 2017 mencapai 3,84 persen. "Juga lebih tinggi dibanding September 2016 yang hanya 2,69 persen," kata Hariyanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement