Rabu 27 Sep 2017 13:01 WIB

Fed akan Lanjutkan Rencana Kenaikan Suku Bunga

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
The Fed/Ilustrasi
Foto: ABC News
The Fed/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CLEVELAND -- Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed), akan melanjutkan kenaikan suku bunga secara bertahap meskipun ada besarnya ketidakpastian mengenai laju inflasi. Hal tersebut dikatakan oleh Gubernur Federal Reserve, Janet Yellen pada hari Selasa dalam sebuah pernyataan yang mengakui perjuangan bank sentral untuk meramalkan salah satu tujuan kebijakan utamanya.

Yellen mengatakan bahwa ada kemungkinan, Fed mungkin telah "salah menentukan" modelnya untuk inflasi, dan "salah menilai" fakta-fakta utama seperti kekuatan pasar tenaga kerja yang mendasar dan apakah ekspektasi inflasi stabil seperti yang terlihat, dilansir dari Reuters, Rabu (27/9).

Selain itu ia menyebutkan bahwa bankir bank sentral perlu tetap terbuka terhadap kemungkinan itu saat mereka memutuskan kebijakan. Namun, inflasi rendah baru-baru ini kemungkinan merupakan cerminan faktor-faktor yang akan memudar dari waktu ke waktu.

"Meski tidak menentu, The Fed akan lebih berhati-hati untuk menahan agar kebijakan moneter ditahan sampai inflasi kembali ke 2 persen," kata Yellen dalam sebuah pidato setebal 37 halaman kepada Asosiasi Nasional untuk Ekonomi Bisnis

"Tanpa kenaikan tingkat suku bunga dana federal yang lebih rendah dari waktu ke waktu, ada risiko pasar tenaga kerja pada akhirnya bisa menjadi terlalu panas, berpotensi menciptakan masalah inflasi di jalan yang mungkin sulit diatasi tanpa memicu resesi," ujarnya menambahkan.

Ucapan Yellen mencoba untuk menyelesaikan sebuah perdebatan yang telah memisahkan anggota bank sentral di antara mereka. Antara anggota yang khawatir bahwa inflasi dapat secara permanen berlabuh di bawah target Fed yang 2 persen karena perubahan struktural dalam ekonomi global, dan mereka yang merasa itu hanya masalah waktu saja, sebelum pasar tenaga kerja yang ketat menghasilkan upah dan harga naik.

Yellen tidak memberikan jawaban yang pasti, mencatat bahwa pada perkiraan saat ini ada kemungkinan sebesar 30 persen inflasi bisa berkisar antara 1 persen sampai 3 persen, hasil yang sangat berbeda, yang dapat mengubah pendekatan kebijakan The Fed. Tapi dia memperjelas The Fed yang masih merasa laju kenaikan suku bunga tetap menjadi base case.

Kevin Logan, kepala ekonom HSBC Securities di New York, mengatakan bahwa maksud Yellen adalah bahwa "mereka benar-benar tidak yakin" apakah inflasi yang lemah itu bersifat sementara, namun "kebijakan tetap akomodatif."

"Pendekatan bertahap berarti bahwa, bahkan jika mereka salah dalam inflasi, itu tidak akan menjadi kesalahan besar. Itulah pesan yang ingin mereka sampaikan." kata Kevin.

Dolar AS yang sempat melonjak kemudian menurun setelah komentar Yellen, yang mencerminkan ketidakpastian tentang ucapan Yellen. Imbal hasil surat utang dan saham di pasar finansial AS sedikit menguat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement