REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Meski terjadi kekeringan di tanah air, namun hal tersebut tidak turut membuat Indonesia melakukan impor. Apalagi saat ini sudah memasuki musim hujan. Plt Kepala Biro Humas Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan, berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hujan pada Ahad (24/9) terjadi di Ambon, Lampung, Bandung, Biak, Gorontalo, Jambi, Majene, Padang, Pangkal Pinang, Serang dan Surabaya.
Ia menambahkan, pasokan beras saat ini sebesar 1,6 juta ton pun cukup dan aman untuk beras sejahtera (rastra) selama 7-8 bulan ke depan. Apalagi April sampai Mei 2018 dan Februari-April akan ada panen raya.
"Kalau diliihat dari sisi panen, produksi dan stok sih tidak perlu impor," ujar dia kepada Republika.co.id, Senin (25/9).
Sementara itu, Direktur SDM dan Umum Bulog Wahyu Suparyono saat ditemui di Gedung Bulog menyampaikan optimismenya untuk menyerap 800 ribu ton lagi hingga akhir tahun.
"Insyallah lah ya, karena masing-masing direksi membina wilayah," ujarnya yang bertanggungjawab pada wilayah lima meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sulawesi.
Ia melanjutkan, serapan Bulog saat ini sudah lebih dari 1,7 juta ton karena pihaknya masih harus menyelesaikan rastra. Penyerapan terus dilakukan walaupun pada situasi panen gadu di seluruh Indonesia, khususnya di tujuh daerah produsen.
"Tetap kita minta penyerapan semaksimal mungkin dengan catatan pegang Inpres 5 Tahun 2015," kata dia.
Artinya, jika kualitas beras milik petani berada di bawah ketentuan Inpres tersebut akan ditolak. Misalnya kadar air beras sebesar 15 persen akan ditolak langsung oleh Bulog, mengingat beras memerlukan masa simpan di gudang Bulog.