Rabu 13 Sep 2017 14:55 WIB

Pengamat Sebut di Masa Depan Usaha Gojek dan Uber Bisa Mati

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Warga mencari transportasi dengan aplikasi online. ilustrasi
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Warga mencari transportasi dengan aplikasi online. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Potensi perusahaan berbasis teknologi seperti financial technology (fintech) dan e-commerce memang besar. Bahkan diprediksi potensi ekonomi digital pada 2019 bisa mencapai 130 miliar dolar AS.

Hanya saja, Pengamat Ekonomi Faisal Basri menilai, persaingan pun akan semakin ketat. Maka ia menegaskan, bukan tidak mungkin platform semacam Gojek dan Uber akan mati.

"Nanti yang namanya Gojek dan Uber mati juga karena data sudah tersedia dan akan disaring mana yang kredible dan tidak kredible. Dengan begitu, nanti kalau saya butuh mobil saya bisa langsung ke orangnya tidak perlu aplikasi perantara lagi," ujar Faisal kepada wartawan saat ditemui di Menara Bank Central Asia (BCA), Rabu, (13/9).

Menurutnya pelaku fintech serta e-commerce sangat luar biasa sebab memiliki data. "Lewat data itu fintech akan seleksi orang melalui mesin," tambah Faisal.

Meski begitu dirinya mengatakan, keberadaan otoritas keuangan seperti Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ke depan tetap diperlukan. Hal itu karena, berhubungan dengan perlindungan konsumen.

"Tapi jangan perlu ada kementerian baru. Pasalnya, fintech semakin tidak diatur semakin lincah. Jadi roadmap tujuannya bukan ngatur tapi gimana negara hadir untuk majukan digital ekonomi," tuturnya.

Bagi Faisal, ke depan fintech berkemungkinan menyatukan Asia Tenggara (Asean) bahkan dunia. "Ya sekarang setidaknya fokus satukan seluruh Indonesia yang mempunyai lebih dari 17.200 pulau," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement