REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menandatangani sebelas perjanjian jual beli tenaga listrik atau power purchase agreement (PPA) pembangkit dari energi terbarukan. Jonan menilai PPA tersebut bisa menciptakan harga listrik yang kompetitif dan menghasilkan.
Dia menambahkan penandatanganan PPA dengan pengembang pembangkit tenaga listrik swasta itu merupakan lanjutan dari 2 Agustus 2017 yang saat itu berkapaaitas 257,17 MW. "Sehingga dengan penandatangan PPA 11 proyek ini yang sebesar 291,4 W maka total pembangkit tenaga listrik dari energi terbarukan sebesar 548,57 MW," kata Jonan di Kementerian ESDM, Jumat (8/9).
Jonan memastikan angka tersebut di luar kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi. Lalu upaya tersebut menurut Jonan merupakan bukti pemerintah memenuhi target bauran energi terbarukan selanjutnya.
Sebab, target bauran energi terbarukan menurut Jonan harus sesuai dengan yang diinginkan pemerintah. "Targetnya pada 2025 nanti kan sesuai perintah presiden harus mencapai 23 persen," jelas Jonan.
Untuk itu ia memastikan saat ini pemerintah tengah melakukan perbaikan agar pembangkit dari energi terbarukan (EBT) semakin menarik. Salah satunya, kata dia, dengan merevisi Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2017 menjadi Permen ESDM Nomor 50 Tahun 2017 dalam rangka mengoptimalkan BPP tenaga listrik EBT.
Hal itu menjadi salah satu alasan mengapa Jonan menilai PPA tersebut bisa menciptakan harga yang kompetitif. "Ini diharapkan berdampak pada tarif listrik yang terjangkau oleh masyarakat maupun tarif listrik yang kompetitif bagi dunia industri," tutur Jonan.
Dia menegaskaan 11 proyek pembangkit EBT tersebut memiliki kisaran harga jual antara 6,52 dolar AS per KWH sampai 8,60 dolar AS per KWH. Meski ada yang lebih rendah maupun sama dari nilai BPP, Jonan menganggap hal itu merupakan dukungan pemerintah untuk pengembangan listrik EBT.
Jonan mengatakan potensi pembangunan pembangkit EBT akan terus ditingkatkan. "Mengingat keterjangkauannya yang lebih luas dan mencapai kawasan-kawasan pelosok Indonesia," ujar Jonan. Hal itu ia pastikan sejalan dengan RUPTL 2017-2026 dengan pembangkit listrik EBT mencapai 23 persen pada 2025 dengan kapasitas 45 GW.