REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita meminta Aceh memperlakukan khusus sapi Brahman Cross. Saat berkunjung ke Aceh, dia menegaskan pentingnya penerapan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan (Kesrawan) dalam budidaya ternak sapi potong.
Dengan begitu akan berdampak pada peningkatan produksi sapi eks impor yang dipelihara oleh kelompok peternak di Provinsi Aceh. Dalam rangka percepatan penambahan populasi sapi dalam negeri, pemerintah memberikan bantuan pengadaan sapi indukan Brahman Cross yang berasal dari Australia pada 2016 sebanyak 4.397 ekor kepada 182 kelompok peternak terpilih di tiga provinsi yaitu Aceh, Sumatra Utara dan Riau.
"Diharapkan bantuan pemerintah tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan populasi sapi potong di dalam negeri," ujarnya melalui siaran resmi yang diterima Republika.co.id, Rabu (6/9).
Berdasarkan data per 16 Agustus 2017, telah terjadi peningkatan populasi sebanyak 300 ekor dari total populasi awal pemeliharaan yaitu 4.397 ekor menjadi 4.697 ekor. Itu artinya ada peningkatan sekitar 6,8 persen. Kenaikan tertinggi terjadi di Provinsi Riau, yaitu 12,1 persen (jumlah kelahiran 165 ekor dari 1.362 ekor), diikuti oleh Provinsi Aceh sebesar 8,1 persen (jumlah kelahiran 92 ekor dari 729 ekor), dan Provinsi Sumatra Utara 3,3 persen (jumlah kelahiran sebanyak 318 ekor dari total populasi awal 2.306 ekor).
Sementara, tingkat kematian mencapai 331 ekor atau 7,53 persen dari populasi awal. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kelahiran sebesar 6,8 persen.
Dia pun mengapresiasi semangat dan kerja keras yang telah dilakukan, baik oleh petugas maupun kelompok peternak. Sinergi yang dilakukan menurutnya sangat penting dalam upaya mensukseskan peningkatan populasi serta kesejahteraan peternak melalui pengembangan sapi indukan ini.
Bila dilihat dari data per provinsi, terjadi pertumbuhan populasi di Provinsi Aceh dari total populasi awal 729 ekor, menjadi 788 ekor dengan kelahiran sebanyak 92 ekor, kematian sebanyak 33 ekor atau terjadi penambahan sebanyak 59 ekor atau 8,1 persen.
Namun ada berbagai permasalahan yang dialami oleh petugas dan kelompok di lapangan terkait pemeliharaan dan pengembangan ternak sapi indukan Brahman Cross. Sapi jenis ini berbeda dengan sapi lokal, sehingga memerlukan pengetahuan, keterampilan, keuletan dan kesabaran untuk dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Di negara asalnya, Ketut menjelaskan, sapi-sapi Brahman Cross dipelihara dengan cara ekstensif, dilepas bebas di padang penggembalaan. "Sapi-sapi tersebut sangat jarang bertemu dengan manusia, sehingga sulit dikendalikan," ujar dia.
Hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap cara penanganan dan pemeliharaannya pada saat mereka tiba dan dikembangkan di Indonesia. Untuk itu, diperlukan SDM yang terampil dan memiliki kecakapan khusus untuk menangani sapi-sapi indukan ex Australia tersebut.