Ahad 03 Sep 2017 10:04 WIB

Pembebasan Lahan KAI untuk Kereta Cepat Selesai September

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Petugas sedang meratakan tanah di lokasi ground breakig Kereta Api Cepat, Jakarta-Bandung di Ciwalini Kabupaten Bandung (Ilustrasi)
Foto: Republika/Arie Lukihardianti
Petugas sedang meratakan tanah di lokasi ground breakig Kereta Api Cepat, Jakarta-Bandung di Ciwalini Kabupaten Bandung (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Proses pembebasan lahan milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dipastikan selesai September 2017. Menurut Manajer Humas PT KAI Daop II Bandung Joni Martinus, sampai saat ini pihaknya sudah membebaskan lahan seluas 15.502 meter persegi.

Lahan tersebut akan digunakan untuk proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Jakarta-Bandung. Sisanya, sekitar 17.866 meter persegi masih dalam pross.  "Tapi kami optimistis awal September ini, sisa lahan yang belum dibebaskan bisa selesai. Sehingga pembangunan kereta cepat bisa segera," ujar Joni kepada wartawan di Bandung, Ahad (3/9).

Menurut Joni, lahan seluas 17.866 meter persegi itu berada di daerah Makersari, Bandung Barat. Saat ini, proses negosiasi harga telah selesai. Tanggal 6 September 2017, PT KAI akan melakukan eksekusi lahan. Proses negosiasi dengan warga Mekarsari, tidak ada masalah. Beberapa warga yang awalnya menolak, kini sudah sepakat akan membongkar sendiri bangunannya.  "Karena bila sampai tanggal 6 September belum dibongkar, PT KAI yang akan melakukan pembongkaran," katanya .

Proses pembebasan lahan milik PT KAI, kata dia, memang akan belakukan bertahap. Pembebasan di daerah Mekarsari ini, adalah daerah terakhir yang harus dibebaskan.

"Warga yang tinggal dan bangunannya pun paling banyak. Tapi bukan karena ada persoalan, karena sekarang warga sudah sadar kalau itu tanah kami," katanya.

Luas total lahan milik PT KAI yang dipakai untuk proyek KCIC, kata dia, seluas 33.368 meter persegi dengan jumlah 245 bangunan. Lahan itu membentang dari kawasan Bandung raya hingga perbatasan Jawa Barat-Jakarta. Beberapa kawasan yang terkena dampak pembebasan lahan untuk KCIC misalnya Mekarsari, Ciganea, Rancaekeke, Gadobangkong, dan lainnya.

"Kami bebaskan lahan berdasarkan kebutuhan KCIC. Mana yang mau dipakai, itu yang kami bebaskan. Kami support saja," kata Joni.

Sebelumnya, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menginginkan agar kereta cepat dapat tersambung dengan kereta api ringan (light rail transit/LRT) yang akan dibangun di Bandung. Untuk diketahui, rute kereta cepat Jakarta-Bandung akan bermula di daerah Halim, Jakarta, dan berakhir di Gede Bage, Bandung.

‎"Nanti, saat berakhir di Gede Bage, harus connect ke pusat kota, masa naik bus yang enggak jelas. Jadi kita sekaligus ada LRT Bandung Raya," ujar pria yang akrab disapa Emil ini.

Emil pun telah mengajukan surat kepada Presiden Jokowi untuk dapat mengeluarkan peraturan presiden agar LRT yang dibangun di Bandung tersebut dapat memiliki skema sama dengan kereta cepat, yaitu melalui penunjukan langsung kepada konsorsium. "‎Saya mengajukan surat Pak Presiden berkenan mengeluarkan perpres agar LRT juga penunjukan langsung kepada konsorsium. Jadi teknologi sama, dan semua hampir sama," katanya.

Melalui langkah tersebut, kata dia, pemerintah Kota Bandung dapat mengelola turis yang datang ke Bandung. Saat ini, rata-rata kunjungan turis ke Kota Kembang tersebut mencapai 6 juta jiwa. "‎Beda dengan turis yang datang ke Bali yang bisa naik pesawat, karena rata-rata ke Bandung naik mobil," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement