REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyebutkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2017 menunjukkan terjadinya deflasi. Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo menjelaskan, berdasarkan survei pemantauan harga yang dilakukan oleh bank sentral, pada pekan keempat inflasi berada di kisaran 0,01 persen. Nilai ini lebih rendah dibandingkan pekan sebelumnya yang sebesar 0,02 persen.
"Jadi kalau surveinya 0,01 persen, nanti saat diumumkan mudah-mudahan bisa rendah atau deflasi," ujar Agus DW Martowardojo di Gedung Bank Indonesia, Jumat (1/9).
Berdasarkan survei, selama tiga pekan berturut-turut IHK tercatat di kisaran 0,02 persen. Dengan nilai IHK sebesar 0,01 persen pada pekan keempat menunjukkan bahwa secara rata-rata pada bulan Agustus inflasi berada pada nilai yang rendah yakni sekitar 3,9 persen year on year (yoy). "Kami perkirakan akhir tahun 2017 ini inflasi bisa 4 persen," ujarnya.
Menurut Agus, rendahnya inflasi disebabkan oleh tahapan koreksi dari peningkatan harga-harga komoditas dan jasa yang sebelumnya naik pada periode lebaran. Pada periode lebaran lalu, tarif angkutan udara dan antarkota naik, selain itu harga-harga komoditas seperti bawang merah, bawang putih, telur dan daging naik, sehingga mendorong inflasi.
"Sekarang ini adalah tahapan koreksi di mana harga itu kembali turun, dan kita harapkan di September ini dampak hari lebaran sudah bisa netral lagi," kata Agus.
Dengan angka itu, BI optimistis inflasi akhir tahun 2017 akan berada di posisi empat persen, sedangkan 2018 berada di posisi 3,5 persen.