Kamis 31 Aug 2017 20:44 WIB

Belanda Tertarik Model Pengembangan Bawang Merah Indonesia

Kunjungan lapang sekaligus melakukan panen di Desa Pegandon, Kecamatan Gubug Sari, Kendal, Jawa Tengah.
Foto: Dok Kementan
Kunjungan lapang sekaligus melakukan panen di Desa Pegandon, Kecamatan Gubug Sari, Kendal, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menjadi tuan rumah pertemuan ke-19 Working Group on Agriculture, Fisheries and Forestry (WGAFF) Indonesia-Belanda yang diselenggarakan pada 29 hingga 31 Agustus 2017 di Semarang, Jawa Tengah. Pertemuan WGAFF didahului dengan tiga pertemuan yakni dari subsektor peternakan, perkarantinaan, kelautan dan perikanan. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kunjungan lapang ke lahan bawang merah sekaligus panen.

Pada kegiatan ini, Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementan, Spudnik Sujono Kamino dan delegasi Belanda dipimpin Vice Minister for Agriculture and Nature-Ministry of Economic Affairs, Marjolijn Sonnema. Spudnik mengatakan pertemuan WGAFF memiliki peran strategis agar pemerintah Indonesia dan Belanda dapat mendiskusikan secara intensif rencana kerja terkait kerja sama ke depannya. Selain itu, pertemuan ini pun guna memantau bersama-sama kemajuan pelaksanaan kerja sama Indonesia-Belanda, serta mengatasi berbagai kendala.

“Seperti yang sudah kami sadari, forum ini memegang mandat yang sangat besar dari para Menteri dan komitmen kami berdasarkan WGAFF terakhir tahun lalu di Den Haag, untuk merumuskan kolaborasi yang dapat menghasilkan keuntungan nyata bagi kedua belah pihak untuk kerja sama memajukan industri pertanian,” kata Spudnik dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (31/8).

Tak hanya itu, pertemuan WGAFF sebagai forum penting untuk berbagi keahlian, pengalaman dan sumber daya untuk dapat memperbaiki keadaan pangan dan pertanian kedua belah pihak melalui kemitraan yang inovatif, serta penyelesaiannya. Secara umum, kerja sama Indonesia-Belanda di bidang pertanian telah berjalan dengan baik.

Di kesempatan itu, dia menyampaikan komitmen Indonesia dan meminta komitmen sama dari Belanda untuk memfasilitasi keberhasilan pelaksanaan kegiatan kerjasama ini. "Kami berharap kita dapat memperkuat kerja sama yang menghasilkan keuntungan lebih bagi kedua negara,” kata Spudnik.

Vice Minister for Agriculture and Nature-Ministry of Economic Affairs, Marjolijn Sonnema, mengatakan pemerintah Belanda sangat tertarik untuk menggali informasi terkait penggunaan benih, budi daya, pengendalian hama penyakit yang dilakukan petani Indonesia selama ini. Tak hanya itu, pemerintah Belanda pun tertarik dengan kemampuan petani dalam kegiatan pascapanen. “Karena itu, agar pengembangan bawang merah yang berkelanjutan, kami berharap petani Indonesia dapat melakukan pengendalian hama penyakit yang ramah lingkungan, tidak bergantung pada pestisida dan menghindari penggunaan pestisida di luar aturan yang seharusnya seperti mencampur,” kata Marjolijn.

Usai pertemuan, dilanjutkan dengan kunjungan lapang sekaligus melakukan panen di Desa Pegandon, Kecamatan Gubug Sari, Kendal, Jawa Tengah. Di kegiatan ini, Kementan mengajak Delegasi Belanda untuk melihat pengembangan atau pertanaman bawang merah. Delegasi Belanda didampingi Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Kementan, Prihasto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement