Kamis 24 Aug 2017 19:04 WIB

CDP Tambah Frekuensi Kereta Angkutan Peti Kemas

Pekerja dengan menggunakan crane memindahkan peti kemas di Cikarang Dry Port, Karawang, Jawa Barat, Rabu (4/11)
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Pekerja dengan menggunakan crane memindahkan peti kemas di Cikarang Dry Port, Karawang, Jawa Barat, Rabu (4/11)

REPUBLIKA.CO.ID, CIKARANG -- Cikarang Dry Port (CDP) atau Pelabuhan Darat Cikarang melakukan penambahan frekuensi kereta angkutan peti kemas ke Surabaya,Jawa Timur guna mendukung kelancaran logistik nasional.

Managing Director CDP Benny Woenardi di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (24/8) mengatakan, jadwal kereta angkutan peti kemas dari CDP ke Surabaya ditambah menjadi 60 kali per bulan atau dari sebelumnya dua kali per hari menjadi tiga kali per hari. Sekali perjalanan, tambahnya, kereta angkutan peti kemas membawa 30 gerbong atau setara 60 TEUs (satuan peti kemas).

"Untuk mendukung operasional kereta, kami telah meningkatkan kapasitas kereta barang di pelabuhan darat tersebut," katanya dalam pemaparan kepada pemangku kepentingan di kawasan Pelabuhan Darat Cikarang.

Sebelumnya, ujar Benny, stasiun kereta barang di pelabuhan tersebut hanya cukup untuk kereta sepanjang 20 gerbong, sehingga harus diputus dan langsir saat bongkar muat.

Setelah dilakukan perluasan, tambahnya, panjangnya cukup untuk 30 gerbong sekaligus, karena dengan tiga jalur yang tersedia, dua rangkaian kereta dapat melakukan bongkar muat bersamaan dan satu jalur untuk langsir.

"Saat ini lima operator kereta telah beroperasi di CDP menghubungkan pelabuhan darat Cikarang ke Surabaya serta Pelabuhan Tanjung Priok. Seiring bertambahnya operator dan frekuensi, volume barang juga mengalami peningkatan," katanya.

Menurut Benny, saat ini pihaknya bekerja sama dengan pelayaran nasional sedang mengembangkan layanan multimoda domestik, yang mana peti kemas berangkat dari CDP berangkat ke Surabaya diangkut menggunakan kereta kemudian dilanjutkan dengan layanan pelayaran nasional nasional ke berbagai pelabuhan tujuan Indonesia bagian timur seperti Bali, Mataram, Kupang dan Papua.

Begitu juga sebaliknya dari Surabaya ke Tanjung Priok lalu dilanjutkan oleh layanan pelayaran nasional ke berbagai pelabuhan tujuan di Indonesia bagian barat. "Dengan layanan multimoda domestik ini, rel kereta di Pulau Jawa dapat menjadi jembatan Indonesia bagian barat dan bagian timur," kata Benny.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement