REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Realisasi investasi di Jawa Timur pada semester pertama 2017 tercatat mencapai Rp 78,14 triliun. Angka tersebut meningkat 9,10 persen dibandingkan realisasi investasi semester pertama 2016 yang sebesar Rp 71,62 triliun.
Kepala Bidang Pengolahan Data dan Sistem Informasi Badan Penanaman Modal Perizinan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Timur (BPM-PTSP), Diah Wahyu Ermawati, mengatakan, realisasi investasi tersebut terdiri atas penanaman modal asing (PMA) senilai Rp 8,97 triliun, penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 24,95 triliun, serta PMDN non-fasilitas sebesar Rp 44,22 triliun. Realisasi investasi tersebut terdiri atas 775 proyek dan 26.442 unit usaha serta menambah 227.825 tenaga kerja di Jatim.
"Sebenarnya peningkatan realisasi investasi bisa lebih besar lagi, tapi itu tergantung industri sektor apa dan lokasi mana yang ditempati. Karena informasi investasi di Jatim belum valid," kata perempuan yang akrab disapa Erma tersebut saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Rabu (23/8).
Ia mengakui Pemprov Jatim memiliki pekerjaan rumah untuk memberikan informasi yang valid kepada investor. Misalnya mengenai jenis industri yang layak dan dibutuhkan di Jatim termasuk insentifnya.
Pemerintah telah menyusun rencana induk pembangunan industri nasional (RIPIN). Beberapa daerah lain seperti Jawa Barat juga memiliki roadmap serupa. Saat ini, Pemprov Jatim juga tengah menyusun rencana industri seperti RIPIN.
"Jatim itu memiliki kekhasan yang beda dengan wilayah lain. Industri kita lebih banyak ke sektor minuman dan makanan karena didukung supply chain yang lengkap," imbuh Erma.
Ia menambahkan, dari realisasi investasi selama enam bulan tersebut telah tampak tiga besar investasi PMA dan PMDN yang semuanya merupakan investasi tambahan. Realisasi investasi PMA terbesar yakni dari PT Alam Indomegah dari Belanda yang berinvestasi di Kabupaten Pasuruan dengan nilai 32,69 juta dolar AS.
Disusul PT Miwon dari Korea Selatan yang berinvestasi di Kabupaten Gresik dengan nilai 33,33 juta dolar AS. Serta PT Tirta Suksestama, industri air dalam kemasan dari Singapura yang berinvestasi di Kabupaten Pasuruan dengan nilai 37,38 juta dolar AS.
Sementara tiga besar PMDN yakni PT Karyadibya Mahardika, perusahaan rokok di Kabupaten Pasuruan dengan nilai Rp 891 miliar. Disusul PT Tunas Baru Lampung, industri minyak, lemak nabati dan hewani di Sidoarjo dengan nilai Rp 721 miliar. Serta PT Bentoel di Kabupaten Malang dengan nilai Ro 284 miliar.
"Di Jatim lebih besar investasi PMDN daripada PMA, Jatim mendapat peringkat PMDN tertinggi di Indonesia," ujarnya.
Sementara itu, total nilai izin prinsip sampai semester pertama 2017 sebesar Rp 45,27 triliun. Angka tersebut terdiri atas PMA senilai Rp 14,86 triliun dan PMDN Rp 30,41 triliun. Menurut Erma, realisasi izin prinsip tersebut sangat tergantung dari kesiapan lahan. Biasanya, perusahaan membutuhkan waktu satu sampai dua tahun untuk merealisasikan investasi mereka.