REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Budi daya tanaman tebu yang dilakukan para petani di Kabupaten Cirebon mengalami keterpurukan dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu membuat petani tebu beralih pada komoditas tanaman lain yang dinilai lebih menguntungkan.
Wakil Ketua DPD APTRI Jabar, Agus Safari menyebutkan, semula luas lahan tebu di Kabupaten Cirebon mencapai 11 ribuan hektare. Namun sejak 2013, luas lahan itu mengalami penurunan hingga saat ini hanya tinggal sekitar 6 ribuan hektare. ''Luas lahan tebu saat ini sangat menurun,'' ujar Agus kepada Republika, Rabu (23/8).
Agus menjelaskan, penurunan itu disebabkan usaha tebu mengalami kerugian dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, banyak faktor yang menyebabkan hal itu, terutama impor gula yang menyebabkan harga gula petani menjadi rendah, serta cuaca yang tidak menentu.
Agus menyebutkan, rendahnya harga gula di antaranya terjadi pada 2013 yang mencapai Rp 9.200-an per kilogram (kg). Setelah itu, pada 2014, harga gula malah anjlok menjadi Rp 8.300-an per kg dan pada 2015 sebesar Rp 9.400 per kg. ''Pada 2014 itu harga gula anjlok sekali karena membanjirnya gula impor sehingga gula lokal jadi tertekan,'' tutur Agus.
Pada 2016, Agus mengakui harga gula lokal meningkat menjadi sekitar Rp 11 ribu per kg. Namun pada 2017, gula petani malah tidak laku terjual dan kini justru disegel oleh Kemendag. Petani tebu akhirnya memilih mengalihfungsikan lahannya untuk menanam komoditas lain yang lebih menguntungkan. Seperti padi dan berbagai palawija.
Selain faktor harga yang kurang menguntungkan, lanjut Agus, faktor cuaca yang tidak mendukung juga membuat petani tebu akhirnya berhenti menanam tebu. Faktor cuaca itu seperti kemarau panjang pada 2015 lalu dan kemarau basah sepanjang 2016.
Agus menjelaskan, pengurangan luas lahan tebu otomatis berdampak pada menurunnya produksi tebu. Bahkan, pada 2015, pabrik gula Karangsuwung, Kabupaten Cirebon terpaksa ditutup karena kekurangan bahan baku tebu yang akan digiling menjadi gula. ''Kami berharap pemerintah bisa hadir untuk menolong nasib petani tebu,'' tutur Agus.
Dihubungi terpisah, Wakil Ketua DPD APTRI Jabar, Mae Azhar menyatakan, alih fungsi lahan tebu menjadi komoditas lainnya disebabkan keterpurukan yang dialami para petani tebu dalam beberapa tahun terakhir. Petani tebu beralih pada komoditas padi, jagung dan palawija lainnya. ''(Keterpurukan) ini ujian yang sangat berat bagi petani tebu,'' tandas Mae Azhar.