Rabu 23 Aug 2017 17:15 WIB

Harga Garam Petani Terjun Bebas

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nidia Zuraya
Petani memanen garam (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Petani memanen garam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Seiring masuknya garam impor, harga garam petani saat ini semakin menurun tajam. Petani pun menjerit karena tak sedikit garam mereka yang tak laku terjual.

Ketua Asosiasi Petani Garam (Apgasi) Jawa Barat, M Taufik, menyebutkan, harga garam petani untuk kualitas tiga saat ini hanya Rp 700 per kg, kualitas dua senilai Rp 1.100 per kg dan garam kualitas satu atau yang menggunakan geo membran mencapai Rp 1.500 per kg.

Padahal, saat panen perdana garam pada akhir Juli hingga awal Agustus lalu, harga garam petani menyentuh Rp 4.000 per kg. Saat itu, kualitas garam petani pun hanya di kisaran kualitas tiga.

''Harga garam saat ini terjun bebas,'' kata Taufik kepada Republika, Rabu (23/8).

Taufik mengatakan, penurunan harga garam petani terjadi setiap hari. Akibatnya, para pengepul memilih untuk menahan pembelian garam milik petani karena takut rugi.

Menurutnya, pengepul enggan berspekulasi dan memilih untuk menunggu pembelian garam hingga harganya stabil. ''Tapi harga garam stabilnya kapan? Setiap hari turun terus,'' kata Taufik.

Taufik mengatakan, masuknya garam impor di saat panen raya seperti sekarang membuat garam petani jadi terpuruk. Para pembeli lebih menyukai garam impor karena kualitasnya lebih bagus sehingga mengabaikan garam petani.

Taufik berharap agar pemerintah menghentikan impor garam konsumsi. Pasalnya, stok garam di tingkat petani saat ini sudah berlimpah.

Hal senada diungkapkan seorang petani di Desa Muntur, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Robedi. Dia mengatakan, impor garam saat ini sangat mempengaruhi harga dan penjualan garam petani.

Robedi mengatakan, harga garam di desanya saat ini mencapai Rp 1.200 per kg untuk kualitas dua dan Rp 900 per kg untuk kualitas tiga. Harga itu turun drastis dari sebelumnya yang mencapai Rp 4.000 – Rp 3.500 per kg.

''Pembeli sekarang ini jarang (yang beli) karena melihat situasi harga garam petani,'' terang Robedi.

Robedi mengakui, meski harga garam sudah turun, namun tetap lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang hanya di kisaran Rp 200 – Rp 400 per kg. Dia menduga, para pembeli sengaja menahan pembelian garam petani sambil menunggu harganya lebih jatuh lagi.

Robedi menjelaskan, saat ini ada ratusan ton garam di desanya yang belum laku terjual. Garam tersebut hanya ditumpuk di dalam karung-karung di pinggir areal tambak garam. Jumlah tersebut belum termasuk tumpukan garam di daerah lainnya.

''Kalau ditambah dengan garam petani dari desa-desa lain, ya ribuan ton (yang belum laku terjual),'' tukas pengurus koperasi petani garam 'Mutiara Bahari Sejahtera' Desa Muntur itu.

Robedi berharap, pemerintah bisa segera menghentikan impor garam. Pasalnya, panen garam di daerahnya saat ini semakin banyak dan produksi garam juga berlimpah. Sedangkan permintaan garam dari para pembeli justru sedikit.

Selain itu, Robedi berharap agar pemerintah menaikkan harga jual dasar garam di tingkat petani. Dia menilai, harga garam di tingkat petani seharusnya minimal mencapai di kisaran Rp 1.500 per kg.

l

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement