REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan, ekonomi syariah harus dikembangkan karena tidak hanya berkaitan dengan sektor keuangan tapi juga sektor riil.
"Ekonomi syariah itu meliputi halal food, halal tourism, halal fashion, dan lainnya. Malaysia sudah memulai semuanya lebih dulu sehingga dia menjadi eksportir industri halal terbesar di dunia saat ini," ujar Kepala Departemen Keuangan dan Ekonomi Syariah BI Anwar Basori, di Jakarta, Selasa (22/8).
Ia mengatakan, saat ini secara global, Indonesia menempati peringkat pertama untuk pangsa pasar perbankan syariah yakni sekitar 1,6 persen. Angka tersebut dinilainya cukup lumayan. Kendati masih jauh bila dibandingkan Iran yang pangsa pasarnya mencapai 33 persen, Arab Saudi 20,6 persen, atau Malaysia yang berada di urutan ketiga dengan pangsa pasar perbankan syariah sebesar 9,3 persen.
"Lumayan untuk perbankan syariah, tapi untuk halal food industry konsumen terbesar adalah Indonesia tapi kita belum jadi pemain. Bahkan Bangkok memegang 25 persen ekspor halal food ke dunia padahal penduduk Islamnya cuma sekitar lima persen," tutur Anwar.
Dia berharap, ekonomi syariah di Indonesia bisa masuk ke dalam sistem dan terinstitusionalkan. Hal itu karena, kata dia, bila strategi pengembangan ekonomi syariah hanya dirumuskan tapi tidak diinstitusionalkan, maka tidak berguna. "Mumpung sudah ada KNKS (Komite Nasional Keuangan Syariah) harusnya bisa diinstitusionalkan karena tidak bisa hanya dibicarakan di forum," kata Anwar. Ia pun menyebutkan ada tiga pilar dalam pengembangan ekonomi syariah. Pertama, melakukan pemberdayaan ekonomi syariah. Kedua, pendalaman pasar keuangan syariah. Lalu ketiga, literasi dan riset edukasi.