Rabu 09 Aug 2017 16:05 WIB

Menteri Bambang Sebut 4 Penyebab Ketimpangan Sosial Bertahan

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nur Aini
Menteri PPN Bambang Brodjonegoro
Menteri PPN Bambang Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro menjelaskan ada empat faktor yang menyebabkan ketimpangan sosial tak dapat dikendalikan. Keempat faktor inilah yang ke depan harus dijadikan perhatian bagi pemerintah untuk membuat kebijakan strategis yang bisa mengentaskan ketimpangan sosial dan menekan angka kemiskinan.

Bambang menjelaskan, empat faktor tersebut yakni pertama, ketimpangan peluang sejak awal kehidupan yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Kedua, pekerjaan yang tidak merata. Ketiga, kekayaan yang terkonsentrasi pada sekelompok orang. Keempat, ketahanan ekonomi yang rendah.

"Jika ini terus dibiarkan, maka ketimpangan sosial yang jaraknya cukup tinggi akan membuat tingkat kemiskinan juga semakin naik," ujar Bambang saat sambutannya di Indonesian Development Forum, Jakarta, Rabu (9/8).

Bambang menjelaskan, kepemilikan aset dapat menjadi salah satu faktor penentud alam mengurangi ketimpangan. Tanpa aset produktif yang memadai, masyarakat ekonomi terbawah tidak dapat keluar dari kemiskinan serta tidak dapat meningkatkan pendapatannya. Tanpa aset yang memadai, keluarga rentan tidak dapat berinvestasi yang cukup untuk masa depan anak-anak mereka. "Hal demikian akan berulang terus menerus dalam suatu siklus, dan menjadi lingkaran setan," ujar Bambang.

Bambang menjelaskan, saat ini, tidak seperti negara Asia lainnya, ketimpangan di Indonesia cenderung mengalami peningkatan dalam 10 tahun terakhir. Namun pada 2014, Indonesia dapat menurunkan rasio gini. Gini koefisien untuk Maret 2017 menjadi 0,393 atau turun dari 0,408 pada 2015.

Penurunan rasio gini, kata dia, terjadi karena adanya pengurangan proporsi konsumsi per kapita pada kelompok ekonomi paling atas. Sementara, kelompok menengah dan terbawah mulai mengalami kenaikan.

Berdasarkan pertumbuhan pengeluaran per kapita penduduk kota-desa 2008-2013, dapat dilihat juga pertumbuhan pengeluaran rata-rata perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan, tetapi pertumbuhan lebih merata di perdesaan. Sedangkan pertumbuhan pengeluaran per kapita penduduk antarpulau, pulau Jawa mendominasi Indonesia.

Baca juga: Menko Ekonomi Ungkap Alasan Kemiskinan Indonesia Susah Turun

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement