REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menilai ada sejumlah faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia lambat untuk bisa turun. Faktor tersebut di antaranya tren harga pangan meningkat cukup besar pada tujuh hingga delapan tahun terakhir ini.
Dalam catatannya, baru dua tahun terakhir kondisi harga pangan mulai membaik. "Artinya, perbaikan harga pangan nggak menguntungkan bagi para pelaku pangan. Mereka nggak menyimpan produk begitu panen langsung dijual, itu barangkali yang salah satu faktor di pemerintah kita yang nggak konvergen," ujar Darmin di Hotel Westin, Rabu (9/8).
Ia juga mengatakan untuk bisa memperbaiki kemiskinan dan ketimpangan, pemerintah sedang mencoba memperbaiki penyaluran beras sejahtera (rastra) dan program keluarga harapan (PHK). Meski Darmin mengakui pembenahan belum bisa dilakukan secara menyeluruh, tetapi pemerintah mulai mengubah sasaran dari beras ke nontunai.
"Faktor kedua yang krusial, kita perlu memperbaiki kemiskinan dan ketimpangan dengan membuat lebih konvergen kepada orang orang yang berhak," ujar Darmin.
Ia menilai, semakin lama penurunan kemiskinan dan ketimpangan makin sulit untuk dikendalikan. Hal ini disebabkan adanya ketimpangan yang terjadi antara kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. "Ya, meskipun ada yang bilang susah nih menembus angka kemiskinan di bawah 10 persen. Saya sih percaya bisa, karena kita masih sesuai core yang ada," kata Darmin.
Darmin tak menampik jika memang ada penilaian yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan laju kemiskinan. Saat ini pemerintah dinilainya masih bisa menjaga dan mengelola pertumbuhan ekonomi dengan baik selama tiga tahun belakangan ini.
"Gini rasio meski turunnya kecil, tapi kita masih bisa turunkan sedikit demi sedikit. Jadi, kemiskinan masih kita bisa handle meski turunnya agak melambat," ujar Darmin.