REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut lahan menjadi kendala produksi garam di Indonesia.
"Garam perlu lahan luas. Di Australia banyak lahan. Kita susah cari lahan, kecuali di luar Pulau Jawa," kata Wakil Kepala LIPI Bambang Subiyanto di Jakarta beberapa waktu lalu.
Ia berujar sudah banyak kementerian yang meneliti garam. Pun juga Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mampu membuat garam farmasi. Menurutnya, mengolah garam tidak sulit, tinggal menjemurnya. Namun yang menjadi masalah adalah area menjemur. Namun, ia tidak menjabarkan berapa area ideal untuk memproduksi garam.
Apabila mengintervensi teknologi, bergantung pada ketertarikan investor. Selain itu, ia menyebut, tidak banyak peneliti yang tertarik meneliti garam. Bambang mengatakan, LIPI menargetkan penelitian garam tepat guna. Artinya, tidak mungkin Indonesia sebagai negara tropis harus mengimpor garam.
Bambang beranggapan peneliti harus mulai dengan mencari potensi garam darat, tidak hanya garam laut. Sebab, tidak semua laut memiliki kualitas garam bagus. Sehingga, perlu kajian pemetaan. Bambang menyebut pemetaan bisa dilakukan oleh peneliti oseanografi. Namun, ia mengatakan pemetaan potensi garam laut butuh kapal riset.
"Kapal riset kita kadaluarsa. Makanya kita usulkan kapal riset baru, salah satu penelitiannya kita arahkan potensi garam," tutur dia