Ahad 06 Aug 2017 01:22 WIB

Pembeli Daring Terus Tumbuh

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi jual beli online
Foto: IST
Ilustrasi jual beli online

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurunnya daya beli dan tutupnya pusat perbelanjaan dianggap menjadi indikasi lesunya pertumbuhan ekonomi yang melanda Indonesia saat ini. Hal ini juga dibarengi dengan bergesernya moda transaksi dari konvensional menuju daring.

Pengamat dan Praktisi Ekonomi Digital Umar Idris mengungkapkan, segmen pembeli yang bertransaksi secara daring secara umum terus mengalami pertumbuhan. Meski masih rendah, para pembeli dengan masa produktif akan terus mengalami perkembangan daya beli.

"Segmen utama yang konsisten, yakni dengan usia 18-24 tahun dan 24-35 tahun. Namun, usia 18-24 memiliki daya beli masih terbatas. Pada 24-35 mengalami daya beli lebih besar," kata dia di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (5/8).

Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta pun memiliki pendapat yang searah. Untuk mewujudkan ekonomi digital tersebut, menurut Arif sebaiknya pemerintah memberikan kemudahan untuk sektor e-commerce.

Dia menilai, pemerintah harus memanfaatkan teknologi dalam pembangunan ekonomi ke depannya. Pasalnya, seluruh penduduk Indonesia telah memegang ponsel pintar yang bahkan jumlahnya melebihi jumlah penduduk itu sendiri. "Jadi harus ditransformasikan menjadi aktivitasyang produktif," ujar dia.

Sekretaris Jenderal Fintech Indonesia Karaniya Dharmasaputra menyebut, saat ini pasar e-commerce sudah memiliki kapitalisasi yang lebih besar jika dibandingkan dengan pasar konvensional Indonesia. "Dua pelaku retail konvensional bila di-combine hampir sama dengan batas bawah para pelaku daring dengan e-commerce," kata dia.

"Tokopedia dan Bukalapak,nilai transaksi mereka Rp 40 miliar-Rp 100 miliar per hari, itu satu company. Tokopedia menghasilkan Rp 2 triliun-Rp 2,5 triliun per bulan, ini luar biasa," ujarnya.

Mengetahui hal tersebut, Umar Idris pun kembali menyarankan para pegiat bisnis di Indonesia harus segera memanfaatkan teknologi daring. Khususnya, teknologi daring berupa web untuk memasarkan produk dan berbasis iklan. "Kita harus memanfaatkan e-commerce global berbasis iklan, juga bahkan medsos seperti Facebook, Twitter bahkan Instgram," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement