Sabtu 05 Aug 2017 02:47 WIB

Ahli Kimia Buat Teknologi untuk Atasi Masalah Garam Nasional

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani memanen garam di lahan garam desa Santing, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Senin (31/7).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Petani memanen garam di lahan garam desa Santing, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Senin (31/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Permasalahan stok garam nasional yang belakangan terjadi membuat para Peneliti turut berupaya menemukan solusi. Peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerja sama dengan Universitas Trunojoyo Madura (UTM) akan mengembangkan teknologi pembuatan garam yang dianggap lebih baik untuk memaksimalkan hasil produksinya.

Menurut peneliti sekaligus dosen pada Departemen Kimia IPB Mohamad Khotib, karakteristik teknologi produksi garam yang digunakan para petani dalam negeri masih memiliki kelemahan. Sebab, garam hasil produksi petani tradisional kurang berkualitas disamping kuantitasnya yang menurun akibat hujan hampir sepanjang tahun.

"Produksi garam kita sangat bergantung pada cuaca panas sehingga hasilnya menurun saat terjadi hujan seperti sekarang," kata Khotib dalam konferensi pers terkait Pergaraman Nasional di kampus IPB Baranangsiang Kota Bogor, Jumat (4/8).

Khotib memperkirakan, kelangkaan garam yang terjadi belakangan ini disebabkan kuantitas garam hasil produksi para petani dalam negeri menurun. Selain itu, garam yang ada juga kurang berkualitas yakni di bawah Standar Nasional Indonesia (SNI). Kadar NaCl pada garam lokal diakui masih kurang dari batas kualitas sebanyak 94 persen.

Salah satu hasil penelitiannya, Khotib menemukan teknologi Multistage Presipitation untuk pemurnian garam yang sudah dikembangkan sejak tahun 2015. Prinsip teknologi ini, kata dia, adalah mengendapkan pengotor secara bertingkat.

Hingga tahun 2017, dia dan pihak UTM terus mengembangkan teknologi dengan melakukan uji coba skala tambak untuk meminimalkan biaya kristalisasi, karena proses kristalisasi menggunakan panas matahari dan angin. Sehingga, kata dia, ketika permasalahan kualitas dapat ditemukan solusinya, maka peningkatan kuantitas garam akan bisa dilakukan.

"Harapan kami sebagai Peneliti menyelesaikan atau membantu memberi solusi tentang Pergaraman di Indonesia terkait kualitas dan kuantitas, dan teknologi kami juga bisa diterapkan di seluruh Indonesia," kata Khotib.

Dia menekankan, ke depan pemerintah seharusnya bisa lebih fokus pada upaya agar garam yang ada di Indonesia bisa berkualitas dan memiliki kuantitas cukup. Selain itu, dia berharap pemerintah bisa membuat peraturan terkait garam industri dan konsumsi di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement