Jumat 28 Jul 2017 01:20 WIB

Pelaku IKM Keluhkan Harga Garam

Pekerja menyelesaikan pembuatan garam di Kampung Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (27/7).
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Pekerja menyelesaikan pembuatan garam di Kampung Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Pelaku industri kecil menengah di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeluhkan kenaikan harga garam di pasaran sejak beberapa bulan terakhir.

Salah seorang pembuat telur asin di Desa Sumbergiri, Kecamatan Ponjong, Umi Nadia di Gunung Kidul, Kamis (28/7), mengatakan garam merupakan salah satu bahan pokok untuk membuat telur asin.

"Kenaikam harga garam dari Rp 1.000 per kilogram menjadi Rp 7.000 sangat memberatkan pelaku usaha kecil seperti industri telur asin. Bagi kami cukup berat jika harga garam terus naik," katanya.

Dia mengatakan biaya produksi yang juga membengkak karena kenaikan harga garam membuatnya terpaksa menaikkan harga jual telur asin dari Rp 2.000 per butir menjadi Rp 2.500 per butir.

Kenaikan tersebut membuat sebagian pelanggannya keberatan dan sebagian lain tetap membeli. "Memang warga ada yang mengeluh tetapi mau bagaimana lagi, kondisi memang tak memungkinkan untuk harga tetap," katanya.

Umi mengatakan untuk industri kecil tingginya harga garam cukup berpengaruh. Namun bagi industri besar tidak banyak, karena mereka malah menaikkan produksi. "Bagi pelaku usaha kecil berpengaruh besar, namun industri besar malah bisa menaikkan produksi, yang biasanya produksi 300 butir per hari kini malah meningkatkan produksinya sampai 500 butir telur per hari," katanya.

Ia berharap pemerintah segera menurunkan harga garam dipasaran sehingga menyelamatkan para pengusaha kecil seperti dirinya. "Semoga pemerintah segera menurunkan harga garam," katanya.

Kepala Seksi Metrologi dan Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gunung Kidul Supriyadi mengakui telah mendapatkan laporan perihal adanya lonjakan harga garam. Namun demikian pihaknya kini masih menunggu dari Pemda DIY untuk segera melakukan rapat koordinasi untuk menyikapi hal itu.

"Memang benar kami telah mendapatkan laporan dari sejumlah pedagang. Mereka bilang harganya tidak naik, tetapi berubah. Karena memang harga garam naiknya luar biasa mulai dari bulan puasa kemarin," kata dia. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement