Kamis 27 Jul 2017 03:18 WIB

Mengapa HKTI Minta Subsidi Pupuk Dialihkan?

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Budi Raharjo
Pupuk bersubsidi (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Pupuk bersubsidi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko meminta pemerintah mengalihkan subsidi pupuk yang diberikan kepada petani. Sebab, subsidi pupuk tersebut diakuinya tidak efisien.

"Alihkan saja subsidi harga gabah yang semakain baik agar harga di petani bisa lebih baik," katanya saat ditemui di kediamannya di Jalan Lembang, Menteng, Jakarta, Rabu (26/7).

Seperti diketahui, saat ini pemerintah menetapkan HPP sebesar Rp 3.700 per kg. Namun dengan adanya pengalihan subsidi pupuk ke pembelian gabah, diakui Moeldoko akan jauh lebih membahagiakan petani. Angka yang direkomendasikan untuk pembelian gabah adalah Rp 4.500 hingga Rp 5.000 per kg.

Selama ini pemerintah membantu para petani dengan memberikan subsidi pupuk yang bahkan telah diatur. Untuk pupuk komersial dan subsidi dilakukan pembedaan melalui warna. Pengawasan oleh aparat tentara pun dikerahkan untuk mengawasi peredaran pupuk subsidi di lapangan.

Tapi para petani masih mengalami kendala karena kerap kali harus membayar tunai. Hal tersebut membuat petani lebih banyak meminjam uang dan menjadi objek pemodal besar yang berakibat pada tertekannya harga. "Kalau mekanismenya sudah berjalan tidak perlu lagi mengerahkan tentara untuk mengawasi," kata dia.

Meski harus melalui proses panjang dan berat, sayangnya petani kalah dalam penentuan harga. Pemerintah dalam hal ini Bulog hanya bisa memberikan HPP Rp 3.700 per kg. "Kalau ada tawaran yang lebih besar pasti akan memilih itu," ujarnya. Pembelian dengan harga lebih baik ini biasanya dilakukan pihak swasta.

Dalam kesempatan tersebut ia menambahkan, masih ada kendala dari segi regulasi. Terutama untuk penjualan harga beras di tingkat konsumen.

Namun pemerintah baru mengatur beras medium yang dijual dengan harga Rp 9.000 per kg hingga Rp 13.000 per kg, tidak untuk beras premium. Hal tersebut membuat banyak pihak swasta bermain di area beras premium tersebut dan menyebabkan mekanisme pasar berjalan. "Petani menjual dengan harga segitu, setelah jadi beras premium harganya melonjak," ujar dia.

Ia menambahkan, beras premium dipengaruhi proses penggilingan. Proses penggilingan yang buruk akan berdampak pada banyaknya pecahan dan menjadikan beras masuk dalam kualitas medium. Sementara, penggilingan yang baik akan menghasilkan beras kualitas premium.

Biasanya, kata dia, rice mill yang baik tersebut dimiliki oleh pihak swasta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement