Selasa 25 Jul 2017 12:17 WIB

Ekonomi Syariah Bisa Meningkat Lewat Pemberdayaan Pesantren

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memberikan sambutan saat membuka diskusi panel MUI dengan tema Peran Ekonomi Syariah dalam Arus Baru Ekonomi Indonesia di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (24/7).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memberikan sambutan saat membuka diskusi panel MUI dengan tema Peran Ekonomi Syariah dalam Arus Baru Ekonomi Indonesia di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (24/7).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ekonomi syariah dapat tumbuh berkembang lebih pesat apabila keuangan syariah dapat dikembangkan. Salah satunya, dengan pemberdayaan ekonomi di pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, untuk dapat mengembangkan ekonomi syariah, semua aspek perekonomian harus diberdayakan.

"Kita tidak bisa mengembangkan ekonomi syariah hanya ekonomi syariah saja. Ekonominya harus dikembangkan, pemberdayaan ekonominya dikembangkan dulu," ujar Perry kepada Republika.co.id, Senin (24/7).

Secara umum, bank sentral berupaya mengembangkan perekonomian mulai dari mikro hingga besar. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) hingga besar yang sukses harus dapat direplikasi di tempat lain untuk membangun perekonomian yang lebih maju.

Bahkan banyak pesantren yang telah berhasil mengembangkan bisnisnya. Dengan banyaknya jenis usaha demikian, seharusnya ekonomi syariah dapat berkembang. Namun, menurut Perry mereka malah lebih memilih menggunakan pembiayaan mandiri atau self-financing, sehingga keuangan syariah tidak dapat membiayai bisnis mereka.

"Masalahnya ekonomi syariah selama ini belum berkembang, karena sebagian besar ekonomi syariah mikro dan menengah belum pakai pembiayaan syariah, mereka pake self financing," ungkap Perry.

Hal itu menjadi penyebab ekonomi syariah belum berkembang di Indonesia. Perry berharap berbagai jenis usaha di pesantren dan lembaga islam lainnya dapat dikembangkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Apalagi dengan adanya tambahan pembiayaan dari lembaga keuangan syariah ataupun sukuk.

"Jadi bisa timbal balik, pertumbuhan ekonomi tinggi akan mendorong ekonomi syariah. Tapi pemberdayaan ekonomi syariah juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Perry.

Mengenai pengembangan ekonomi syariah di lembaga pendidikan Islam, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Anwar Abbas menilai masih banyak para ulama dan pemilik pesantren yang masih belum memahami keuangan syariah.

"Ulama saja masih banyak yang belum menggunakan keuangan syariah. Karena mereka tidak mengerti, mengira sama saja dengan bank konvensional," ungkap Anwar Abbas.

Dengan demikian, ia menilai perlu adanya sosialisasi dan edukasi yang intensif agar dapat membangun ekonomi syariah di basis pendidikan islam.

Dalam kesempatan berbeda, Wakil Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Indonesia, Halim Alamsyah mengatakan, bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan pemerintah melalui Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Sebab, selama ini pertumbuhan ekonomi syariah yang masih mandek dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat akan sistem keuangan Islam ini.

"Paling tidak dari IAEI akan menyuarakan mengenai literasi dan produk secara sederhana ke masyarakat, karena masyarakat masih banyak yang bingung dengan istilah syariah," tutur Halim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement