Jumat 21 Jul 2017 14:03 WIB

BI: Tingkat Konsumsi Lebih Rendah dari Perkiraan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
 Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai, tingkat konsumsi diperkirakan membaik pada kuartal III 2017. Sedangkan pada tingkat konsumsi kuartal II ini lebih rendah dari perkiraan.

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Dodi Budi Waluyo menjelaskan, pada paruh pertama 2017, bank sentral menilai proses pemulihan ekonomi domestik terus berlanjut, tetapi tidak sekuat perkiraan semula. Hal itu terutama akibat perlambatan konsumsi meski di sisi lain terdapat peningkatan investasi.

"Untuk konsumsi masyarakat kuartal II diperkirakan 4,0- 4,5 persen. Diperkirakan membaik pada kuartal III," ujar Dodi di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (20/7) malam.

Dodi menjelaskan, terdapat beberapa hal yang menekan laju konsumsi masyarakat. Pertama, pencabutan subsidi listrik yang menyebabkan pembayaran listrik beberapa golongan masyarakat naik.

Kedua, Bank Indonesia sebelumnya memperkirakan pembayaran gaji ke-13 bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS) berlangsung di Juni, tetapi malah baru terjadi di Juli. "Yang penting nanti dari pemerintah dengan bantuan sosial dan gaji 13 bulan ini bisa tingkatkan daya beli mayarakat sehingga konsumsi kuartal III bisa lebih baik," ujarnya.

Salah satu indikator konsumsi yang rendah yakni dapat terlihat dari angka penjualan ritel yang hanya tumbuh 6,7 persen dan pada Juni 2017 lalu alami penurunan dari 8,0 persen pada periode yang sama pada tahun lalu. "Kita lihat indikator awal sudah alami perlambatan. Tapi kendaraan bermotor dan makanan mulai membaik. Jadi jangan hanya lihat bulan Juni. Ini sudah ada indikasi pemulihan meskipun ada dalam tahap dini," ujar Dodi.

Selain itu, daya beli dan konsumsi masyarakat juga terpengaruh dengan inflasi. Apabila inflasi dapat ditekan pada level rendah, kecenderungan akan lebih baik. Untuk mendorong dan menstimulasi konsumsi, ujarnya, BI akan menjaga inflasi. Selain itu, bantuan sosial akan menjadi stimulus yang kuat untuk meningkatkan konsumsi.

Di sisi lain, investasi swasta terindikasi  lebih baik. Investasi telah mengalami peningkatan pada angkutan berat yang terkait pertambangan dan perkebunan. "Investasi pada kuartal II lebih baik dari kuartal 1 dan lebih baik dari sebelumnya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement