Selasa 18 Jul 2017 09:09 WIB

Ini Alasan Timur Tengah Jadi Pasar Utama Wisata Halal

Kota Tua Ampenan di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, diarahkan untuk membidik turis dari Timur Tengah.
Foto: Irwan Kelana/Republika
Kota Tua Ampenan di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, diarahkan untuk membidik turis dari Timur Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Industri wisata halal dunia saat ini tengah berkembang pesat. Indonesia pun terus berupaya mengejar ketertinggalan di bidang halal tourism ini.

Pemerintah Indonesia bersama seluruh stakeholder pariwisata terus mengembangkan berbagai destinasi wisata halal maupun melakukan berbagai perbaikan infrastruktur untuk mengudang wisatawan Muslim (Muslim traveler) berkunjung ke Indonesia.

Salah satu stakeholder yang peduli terhadap pengembangan wisata halal adalah Indonesia Saudi Arabia Business Council (ISABC). Topik wisata halal juga sempat dibahas  pertemuan Silaturahim dan Rapat Pleno Pengurus ISABC di Hotel d’Arcici Jakarta, Senin (17/7).

“Bicara soal halal tourism, maka harus dipahami semua pihak bahwa halal tourism itu merupakan halal lifestyle, pilihan service yang berdasarkan konsep halal. Pemerintah sendiri mengakui bahwa Indonesia dibilang terlambat, lantaran belum serius menggarap potensi dari halal tourism ini,” kata Muhammad Hasan Gaido dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (18/7).

Padahal, pasar utama wisata halal  adalah Timur Tengah. Mereka merupakan pasar yang sangat potensial. Contohnya Uni Emirat Arab spending-nya mencapai  1.700 dolar AS per kepala, disusul oleh Saudi Arabia yang mencapai 1.500 dolar AS per kepala. 

“Rata-rata spending wisatawan asal Timur Tengah mencapai 1.200 dolar AS per kepala, jauh lebih besar dibandingkan wisatawan lainnya. Sehingga,  tidak salah jika wisata halal termasuk bisnis yang high revenue dan juga high opportunity,” tutur Hasan Gaido.

Hasan Gaido menambahkan, keberadaan ISABC akan memberikan kemudahan para pengusaha Saudi Arabia untuk berinvestasi di Indonesia. Begitu pula sebaliknya pengusaha Indonesia yang ingin berinvestasi di Saudi.

Karena itu, pihaknya akan sesering mungkin menggelar maupun memanfaatkan acara pertemuan semacam dialog bisnis untuk meningkatkan hubungan kerja sama kedua negara. “Ajang dialog bisnis yang akan digelar tersebut tidak sekadar seremonia belaka, tapi diupayakan adanya deal-deal bisnis yang bakal dijalankan kedua negara,” tutur Hasan.

Salah satu ajang dialog bisnis itu adalah  Trade Expo Indonesia (TEI) 2017 yang akan digelar pada 11-15 Oktober mendatang. Pada kesempatan tersebut ISABC akan mengadakan serangkaian acara untuk menyukseskan hajatan pemerintah melalui kegiatan tersebut.

“Terutama terkait dalam hal investasi syariah, halal tourism, halal trade dan lain sebagainya yang menjadi bagian dari aktivitas ekonomi syariah. Tentu ini juga upaya kita dalam mewujudkan Indonesia sebagai sentral ekonomi syariah dunia,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement