REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan pusat perbelanjaan seperti mal dan supermarket perlu berinovasi agar tetap bertahan di tengah meningkatnya penjualan secara daring online. Enggar mengatakan industri pasar ritel dengan toko fisik masih bisa tumbuh karena masih adanya selera pasar yang ingin membeli barang dengan melihat bentuk fisiknya terlebih dahulu.
"Catatannya adalah perlu inovasi dari pemilik pusat belanja itu sendiri. Kita lihat beberapa pusat belanja di Indonesia yang baru ada beberapa perubahan mengenai perpaduan 'tenant'nya. Perpaduan antara foodcourtnya dimana, sinemanya dimana, ada percampuran yang dilakukan," kata Enggar usai konferensi pers di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin.
Menurut dia, penjualan melalui pasar daring online shop yang disebut meningkat sekitar 25 sampai 50 persen terebut memang tidak dapat dibendung. Di sisi lain, Enggar melihat di beberapa kota besar, seperti Jakarta, penurunan penjualan pasar ritel tidak terlalu tajam. Hal itu ditopang dengan menjamurnya pasar ritel yang menyediakan tempat untuk sekadar bersantai "hang out".
"Penurunan penjualan tidak terlalu tajam seperti di Jakarta karena mereka membutuhkan tempat 'hang out'. Nanti kita akan evaluasi dan analisa jenis pasar apa saja yang menurun itu," kata Enggar.
Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey mengatakan meski pasar online dinilai semakin berkembang, aktivitas penjualannya belum mampu menggerus pasar ritel yang memiliki toko fisik.
"Pasar online memang kita akui sudah bagian dari generasi muda, tetapi beberapa peritel sudah ikut go online untuk memperdagangkan barangnya lewat internet. Ini merupakan suatu keniscayaan yang harus berubah dan diikuti," kata Roy.
Ia menjelaskan penurunan penjualan pasar ritel pada 2017 belum signifikan, yakni berkisar di bawah 2 persen dengan proyeksi pertumbuhan minimal 9 persen seperti tahun lalu.