REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Dewan Pengurus Daerah Real Estat Indonesia (REI) Bali berencana membangun total 3.500 unit rumah subsidi pemerintah dengan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) di empat kabupaten yang memiliki lahan dengan harga yang sesuai perumahan murah.
Ketua DPD REI Bali Pande Agus Permana Widura, Kamis (13/7) menjelaskan dari total rencana 3.500 unit rumah murah itu, sekitar 50 persen di antaranya sudah dibangun dan terjual kepada masyarakat berpenghasilan rendah.
Dia menjelaskan pembangunan rumah dengan harga Rp 141,7 juta itu telah dilakukan sejak tahun 2016 dengan porsi permintaan paling banyak dibangun di Kabupaten Buleleng sebanyak 2.600 unit rumah subsidi FLPP.
Di Buleleng, kata Pande, dibangun di kawasan yang jauh dari wilayah ibu kota Singaraja yakni di Lovina, Seririt, Tegallinggah dan Bulian.
Unit lainnya dibangun di Kabupaten Jembrana di antaranya di Tegal Badeng, Kabupaten Karangasem di antaranya di Sidemen dan Kabupaten Tabanan di antaranya di Bajra dan di bagian barat Tabanan.
Pembangunan rumah bersubsidi saat ini baru menyasar di empat kabupaten di luar ibu kota kabupaten masing-masing karena harga lahan masih memadai sesuai dengan harga per unit rumah Rp 141,7 juta.
Sedangkan di wilayah lain di Bali, program rumah murah FLPP sangat sulit dilakukan dengan harga tersebut mengingat harga lahan yang sangat tinggi.
Pande lebih lanjut menjelaskan program rumah subsidi skema FLPP itu hanya diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan maksimal Rp4 juta dan belum pernah memiliki rumah.
Uang muka, lanjut dia, mencapai lima persen dari Rp 141,7 juta atau sekitar Rp7 juta dengan luas bangunan mencapai 36 meter persegi dengan luas tanah 60 meter persegi. REI menerima mandat pemerintah untuk membangun rumah subsidi mencapai satu juta unit di seluruh Indonesia.