REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Bank BNI Syariah (persero) telah menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 26,7 triliun atau tumbuh 22,14 persen secara tahunan (year on year/yoy) per Juni 2017.Realisasi itu melewati target yang ditetapkan manajemen.
Direktur Bisnis Konsumer BNI Syariah Dhias Widiyanti menjelaskan, selama enam bulan, pertumbuhan DPK telah melampaui target satu semester yang ditetapkan sebesar Rp 26,1 triliun.
"DPK kami per Juni 2017 sebesar Rp 26, 7 triliun, tumbuh 22,14 persen yoy atau 10,05 persen ytd melampaui target Juni 2017," ujar Dhias kepada Republika, Rabu (5/7).
Menurut Dhias, nilai ini sudah hampir melampaui target akhir tahun yang sebesar Rp 28 triliun. Ia memperkirakan pada Semester 2 perseroan hanya perlu menghimpun sekitar 5 persen untuk memenuhi target.
Adapun komposisi pertumbuhan DPK tertinggi dari tabungan. BNI Syariah tengah fokus melakukan ekspansi dana dengan meningkatkan dana murah atau current account saving account (CASA) dengan berbagai produk tabungan. "Tabungan kami tumbuh 25 persen, diikuti dengan deposito 20 persen dan giro 15 persen," ungkap Dhias.
Pada tahun ini BNI Syariah akan mendapatkan permodalan dari induk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Direktur Utama Bank BNI Ahmad Baiquni mengatakan, tambahan modal tersebut akan diberikan pada paruh kedua tahun ini. "Semester dua ini direalisasikan. Range nilainya sekitar Rp 1 triliun," Kata Baiquni.
Saat ini rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BNI Syariah berada di posisi 14,46 persen. Adanya suntikan modal diharapkan dapat menaikkan CAR sebesar 2 persen, sehingga dapat mendorong perseroan berekspansi.
Selain untuk berekspansi, suntikan modal juga dimaksudkan agar anak usaha Bank BNI ini dapat masuk bank umum kelompok usaha (BUKU) III dengan minimum modal inti Rp 5 triliun. Saat ini modal inti BNI Syariah baru mencapai Rp 3 triliun. Untuk penambahan modal, perseroan juga akan menjajaki untuk mencari strategic partner dan pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) pada tahun depan.