Senin 03 Jul 2017 19:37 WIB

Pertamina Bantah Sengaja Kurangi Pasokan Premium

Rep: Frederikus Bata/ Red: Nur Aini
Senior Sales Representative Pertamina Jakarta Selatan, Awan Rahardjo (kedua kanan) menerangkan kepada wartawan saat pengecekan BBM jenis premium menggunakan bejana di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (29/12).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Senior Sales Representative Pertamina Jakarta Selatan, Awan Rahardjo (kedua kanan) menerangkan kepada wartawan saat pengecekan BBM jenis premium menggunakan bejana di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (29/12).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Pertamina Persero membantah jika perusahaan tersebut dinilai sengaja mengurangi pasokan Premium. Data Pertamina menunjukkan realisasi pendistribusian BBM RON 88 tersebut mengalami penurunan pada periode Lebaran tahun ini.

Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution Pertamina, Gigih Wahyu menegaskan pihaknya menyediakan pasokan sesuai kebutuhan pasar. Premium,  kata dia, tetap beredar luas. Meskipun, ia tidak menampik jenis kendaraan dengan spesifikasi terbaru lebih membutuhkan BBM minimal RON 90.

"Nggak ada (Rencana) penghapusan (Premium). Kita ini kayak pasar swalayan. Masyarakat membutuhkan apa? Sekarang kita buka manual dari buku, (kendaraan sekarang) minimal RON-nya 90," tutur Gigih saat ditemui di Gedung BPH Migas, Jakarta, Senin (3/7).

Ia menerangkan pihaknya memperhitungkan dari berbagai aspek untuk pasokan BBM. Perhitungan tersebut menyangkut keinginan konsumen berdasarkan harga dan segi kualitas.

"Itu semua permintaan pasar. Mereka mau apa? Mau yang (RON) 88, mau yang 90, 92, ya sudah kita punya," ujar Gigih.

Penurunan realisasi distribusi Premium selama periode Lebaran tahun ini berdampak pada naiknya penyaluran BBM jenis Pertalite dan Pertamax. Menurut Gigih, kondisi tersebut dikarenakan pengguna mulai menyukai bahan bakar yang lebih ramah lingkungan..

"Masyarakat mulai aware, lebih peduli kualitas, lingkungan, karena emisinya berkurang. KLH saja sekarang menargetkan Euro V,  masa Pertamina diam saja. Premium tetap prioritas," tuturnya menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement