REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Gerombolan hama belalang di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) terus 'menghantui'warga setempat. Pascamenyerang tanaman pertanian, hama belalang itu mulai berpindah ke padang-padang pengembalaan dan menyerang pakan ternak di daerah itu.
"Dalam beberapa hari ini, hama belalang sudah tidak lagi menyerang tanaman pertanian, tetapi mulai berpindah ke padang-padang serta menghabiskan rumput-rumput dan tanaman yang menjadi pakan ternak," kata Bupati Sumba Timur, Gidion Mbiliyora, kemarin.
Menurut dia, gerombolan hama belalang ini berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lain sesuai dengan arah angin. "Gerombolan hama belalang terbang mengikuti arah angin, sehingga wilayah mana dengan kecepatan angin kecang, maka akan menjadi sasaran empuk hama belalang," kata Gidion.
Gidion menambahkan, status kejadian luar biasa (KLB) atas serangan hama belalang terhadap tanaman pertanian di wilayah itu masih tetap berlaku. "Status KLB ini tetap berlaku agar semua pihak, mulai pemerintah kabupaten, provinsi hingga pusat bersatu padu dalam melakukan tindakan penanganan pencegahan di lapangan," katanya.
"Coba bayangkan, kalau satu ekor belalang bisa memproduksi 250 ribu butir telur dengan setahun empat kali bertelur. Bila tidak dilakukan penanganan segera mungkin, maka kejadian akan lebih buruk untuk daerah ini," katanya.
Hama belalang kumbara yang sudah ada sejak Januari 2017 lalu di Kecamatan Umalulu, Sumba Timur. Pada 9 Juni 2017, gerombolan hama belalang memasuki Kota Waingapu, Ibukota Kabupaten Sumba Timur. Gidion mengatakan, ratusan hektare tanaman pertanian dan holtikultura di daerah itu rusak akibat serangan hama itu.