Rabu 28 Jun 2017 05:52 WIB

Lebih dari 80 Perusahaan Terdampak Virus GoldenEye

Rep: Kabul Astuti/ Red: Nidia Zuraya
Ransomware
Ransomware

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Jenis virus ransomware baru, yang oleh para ahli disebut GoldenEye, telah menyerang komputer-komputer di berbagai belahan dunia pada Selasa (27/6). Banyak perusahaan besar dan perbankan kelimpungan terinfeksi virus ransomware ini.

Pakar keamanan siber masih berusaha memahami ruang lingkup dampak serangan tersebut. Para ahli berusaha mengonfirmasi kecurigaan bahwa serangan ini menggunakan sejenis alat peretas yang sama dengan ransomware WannaCry, guna mengidentifikasi cara menghentikan serangan tersebut.

Setelah serangan ransomware Wannacry yang menggegerkan dunia pada Mei 2017 lalu, perusahaan dan instansi di seluruh dunia disarankan untuk meningkatkan keamanan teknologi informasi (TI). "Sayangnya, pebisnis masih belum siap dan saat ini lebih dari 80 perusahaan terpengaruh," kata Wakil Presiden R&D di perusahaan keamanan data Acronis, Nikolay Grebennikov, dilansir dari Reuters, Rabu (27/6).

Salah satu korban serangan ransomware ini, sebuah perusahaan media Ukraina, mengatakan komputernya diblokir dan mendapat permintaan senilai 300 dolar kripto Bitcoin untuk mengembalikan akses ke file-filenya.

"Jika Anda melihat teks ini, maka file Anda tidak dapat diakses lagi, karena telah dienkripsi. Mungkin Anda sibuk mencari cara untuk memulihkan file Anda, tapi jangan buang waktu Anda. Tidak ada yang bisa memulihkan file Anda tanpa layanan dekripsi kami," tulis si peretas dalam pesan teksnya.

Perusahaan keamanan siber Bitdefender asal Rumania mengatakan ransomware ini menggunakan dua lapisan enkripsi yang membuat frustrasi usaha para peneliti untuk memecahkan kode tersebut. Pesan yang sama muncul di komputer-komputer di kantor Maersk di Rotterdam dan bisnis lain yang terkena dampak di Norwegia.

Tidak hanya itu, serangan ini juga mengganggu operasional bank-bank di Ukraina. Perusahaan lain yang melaporkan telah terkena serangan siber ini adalah produsen minyak Rusia Rosneft, perusahaan bahan bangunan Prancis Saint Gobain, dan agen periklanan terbesar di dunia, WPP -meskipun tidak jelas apakah masalah mereka disebabkan oleh virus yang sama.

Sebelumnya, serangan ransomware WannaCry dengan cepat menyebar bulan Mei 2017 lalu. Ransomware ini berhasil dilumpuhkan setelah seorang peneliti keamanan siber asal Inggris berusia 22 tahun, Marcus Hutchins, menciptakan sebuah alat pembunuh yang mampu memperlambat serangan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement