REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk segera merealisasikan injeksi modal untuk anak usahanya, yaitu BNI Syariah. Suntikan modal yang direncanakan sebesar Rp 300 miliar hingga Rp 1 triliun tersebut akan dilakukan pada kuartal III mendatang.
Direktur Utama Bank BNI Ahmad Baiquni mengatakan, masih mengkaji nilai suntikan modal tersebut. Karena itu, dia belum dapat menyebutkan dana yang dikucurkan secara pasti.
"Sedang kita kaji besarannya dari Rp 300 miliar, Rp 500 miliar atau hingga Rp 1 triliun," ujar Ahmad Baiquni saat ditemui di Open House Menteri BUMN Rini Soemarno, Jalan Taman Patra V, Kuningan, Jakarta, Ahad (25/6).
Menurut Baiquni, dana tersebut diperuntukkan agar BNI Syariah dapat lebih berekspansi dan menaikkan kelasnya. BNI Syariah yang merupakan kategori bank umum kegiatan usaha (BUKU) 2 juga berencana meningkatkan permodalan untuk naik kelas ke BUKU III.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank BNI Syariah Abdullah Firman mengatakan, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BNI Syariah berada di posisi 14,46 persen. Meskipun dari segi CAR masih baik, perseroan sedang menunggu keputusan induk Bank BNI untuk memberi suntikan modal. Adanya suntikan modal diharapkan dapat menaikkan CAR sebesar 2 persen.
"Dengan melihat ekspansi seperti Ini, masih ada lagi ekspansi pembiayaan Rp 2 triliun, dan CAR kami bisa turun maksimum sampai 2 persen, sehingga tambahan modal itu diperlukan untuk maintenance minumum modal sesuai appetite kita 14 persen," kata Firman.
Selain berekspansi, suntikan modal ini juga dimaksudkan agar anak usaha Bank BNI ini dapat masuk bank umum kelompok usaha (BUKU) III dengan minimum modal inti Rp 5 triliun. Saat ini, modal inti BNI Syariah baru mencapai Rp 3 triliun.
Untuk penambahan modal, perseroan juga akan menjajaki untuk mencari strategic partner dan pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) pada tahun depan.