REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) DKI Jakarta mendorong anggotanya untuk membayar zakat yang dikonversi dalam bentuk beras. “Kami mendorong anggota HIPMI DKI Jakarta untuk membayar zakat mal dalam bentuk beras,” kata Ketua HIPMI DKI Afifuddin Suhaeli Kalla seusai menyerahkan zakat beras anggota HIPMI DKI kepada Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) di kantor MASK Menteng Jakarta, Sabtu (24/6).
Zakat beras tersebut diterima secara simbolik oleh Ketua Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa H M Aksa Mahmud dan Humas MASK Faruq.
Afifuddin mengemukakan, zakat merupakan rukun Islam yang ketiga. Zakat merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. “Menyisihkan zakat sejatinya merupakan bentuk ibadah yang berdampak pada kehidupan sosial,” ujarnya.
Ditanya mengapa memlih membayar zakat dalam bentuk beras. Afif mengatakan, membayar zakat dengan komoditi adalah tradisi masyarakat madani yang telah lama berlangsung. “Zakat beras yang saat ini digalakkan sebagai bentuk menerjemahkan kembali nilai-nilai Islam yang telah lama mengakar, namun belum dimanfaatkan secara kelembagaan,” tutur pengusaha muda yang akrab dipanggil Afif itu.
Menurut Afif, zakat beras memiliki banyak manfaat. Pertama, beras merupakan angka penyumbang inflasi tertinggi yang berdampak langsung pada angka pengendalian kemiskinan. Kedua, kebutuhan beras menjadi kebutuhan pokok bagi penduduk Indonesia. Ketiga, memperkuat nilai tukar petani. Keempat, meningkatkan daya beli petani. Kelima, menjamin setiap produksi petani pada titik keekonomian ( harga wajar).
Selain itu, kata Afif, keenam, secara agregat penyerapan hasil panen petani dapat di manfaatkan sebagai akumulasi modal yang diharapkan pada peningkatan produktivitas. Ketujuh, memperkecil defisit transaksi neraca berjalan pada sektor perdangan beras yang berdampak pada penguatan cadangan devisa . “ Selama ini kebutuhan beras domestik dinikmati oleh petani luar negeri. Jumlahnya setara 1,5 miliar dolar AS per tahun,” tutur Afif.
Kedelapan, kata Afif, penguatan pada cadangan devisa berdampak pada penguatan nilai tukar yang diperoleh dari dari nilai tambah sektor pertanian. Kesembilan, zakat beras secara agregat dapat menyumbang penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian yang didorong oleh sektor konsumsi dalam negeri, dan berimplikasi pada sektor produksi pertanian.
“Zakat beras memperbaiki struktur ekonomi pertanian indonesia, yang semula hanya memperoleh nilai tambah rendah , layaknya tanam paksa. Pasalnya subsidi tidak berdampak fiskal kepada daya beli petani, hal ini ditandai rendahnya persentase tabungan petani,” ujarnya.
Afif mengemukakan, zakat beras dapat di tunaikan pada bulan Ramadhan. Hal itu karena kebutuhan akan beras menjadi kebutuhan pokok yang semestinya terpenuhi selama bulan puasa. “Hal itu juga mengingat zakat selama ini hanya berimplikasi pada akhir akhir bulan Ramadhan, namum kebutuhan akan beras menjadi kebutuhan masyarakat golongan miskin,” papar Afif.
Pada kesempatan tersebut, Afif menyerahkan zakat beras sebanyak sekitar 0,5 ton. “Insya Allah, zakat beras ini akan kami lanjutkan setelah Ramadhan. Kami akan menyerahkan zakat beras tersebut setiap hari Jumat, melalui masjid-masjid,” kata Afifuddin.
Ketua Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) Aksa Mahmud mengaku bersyukur para pengusaha muda yang tergabung dalam HIPMI DKI menyalurkan zakat beras melalui masjid. “Saya bersyukur karena para pengusaha muda yang dimotori oleh HIPMI DKI yang dipimpin oleh Afifuddin mengeluarkan zakatnya. Saya bersyukur karena mereka adalah pengusaha yang sadar untuk mengeluarkan zakat,” kata Aksa Mahmud.
Aksa menambahkan, ia sangat mengapresiasi HIPMI DKI yang punya kesadaran dan iman yang tinggi, khususnya dalam berzakat. “Saya sangat menghargai HIPMI DKI yang peduli kepada dhuafa dan yatim piatu antara lain melalui zakat yang mereka serahkan ke masjid-masjid. Masjid Agung Sunda Kelapa adalah salah satu masjid yang mendapatkan zakat dari HIPMI untuk kami salurkan kepada kaum dhuafa yang berhak menerimanya,” papar Aksa Mahmud.