Jumat 23 Jun 2017 03:27 WIB

25 Desa di Pulau Sekitar Madura Belum Teraliri Listrik

Rep: Dea Alvi/ Red: Budi Raharjo
Lampu minyak (ilustrasi)
Foto: Ist
Lampu minyak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BONDOWOSO -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan lebih fokus meningkatkan kualitas layanan kepada para pelanggan di Jawa ketimbang menambah rasio elektrifikasi.

“Tantangan kita saat ini lebih kepada naik kelas, yaitu masalah keandalan, masalah peningkatan kualitas layanan,” ungkap Direktur Bisnis Regional Jawa Timur dan Bali PT PLN, Amin Subekti, kepada Republika, Rabu (21/6) melelui keterangan tertulis.

Amin menyatakan, pasokan listrik di Jawa Timur sudah terpenuhi. PLN, kata dia akan mendorong kualitas yang lebih baik lagi, antara lain dengan meningkatkan penguatan jaringan, baik jaringan baru maupun lama. "Termasuk penggantian trafo dan gardu induknya,” jelas Amin.

Rasio elektrifikasi di Jawa Timur (Jatim), menurut Amin, telah mencapai angka yang cukup tinggi, sekitar 90 persen. Dia menambahkan, tantangan di Jawa Timur bukan lagi rasio elektrifikasi, kecuali daerah tertentu seperti Bondowoso dan Madura. Dia mengatakan, ada banyak alasan di Jawa, khususnya Jawa Timur, harus fokus ke peningkatan layanani.

Melihat profilnya, Jawa Timur, kata Amin merupakan suatu kompleks yang lebih tua dibandingkan dengan kawasan lainnya. Ada Unit Pembangkitan Paiton, sebuah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang dikelola oleh PT Pembangkitan Jawa-Bali.

Dia menjelaskan, pembangkit ini berada di kompleks pembangkit listrik di Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Pembangkit Paiton dan lainnya, lanjut dia dapat mendorong Jatim lebih dulu maju dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya.

Menurut Amin, PLN memiliki dua wajah, yaitu wajah Jawa-Bali dengan pasokan listrik surplus dan wajah luar Jawa-Bali yang pasokan listriknya masih mepet atau pas-pasan. Wajah Jawa-Bali sudah mempunyai cadangan energi listrik sampai 30 persen. Jadi, pasokan di Jawa-Bali sangat cukup.

“Nah, kalau bicara pemadaman listrik dan segala macam isu yang serupa, itu masalah yang terjadi di luar Jawa-Bali. Tapi, sistem di Jawa-Bali isunya bagaimana meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat,” kata Amin.

Kedip listrik, lanjut Amin, juga menjadi hal yang tidak lepas dari perhatian PLN. Mengingat akibat kedip listrik yang cukup fatal, terutama bagi industri besar. "Begitu terjadi kedip, benangnya bisa langsung kacau, langsung ruwet. Dan itu bisa membuat pengusaha rugi,” jelas Amin.

Karena itulah, kata Amin, PLN berusaha menghilangkan terjadinya kedip atau efek dari kedip tersebut. “Yang kita perangi itu yang begitu-begitu. Jadi yang sifatnya sudah sangat kualitas. Ini berlaku di Jawa Barat, Jawa Bagian Tengah, maupun Jawa Bagian Timur,” katanya.

Menurut Amin, Rasio elektrifikasi di bawah 80 persen di Jatim hanya terjadi di empat kabupaten, yaitu Kabupaten Bondowoso, Bangkalan, Sampang, dan Sumenep. “Di Sumenep itu tinggal ditarik sedikit juga bisa jadi 80 persen. Tempat lain kan sudah di atas 80 persen rasio elektrifikasinya. Jadi, agak tenang.” kata dia.

General Manager PT PLN Distribusi Jawa Timur, Dwi Kusnanto, menyatakan masih ada 25 desa di pulau-pulau sekitar Madura yang masih belum mendapatkan aliran listrik. PLN menargetkan pada bulan Oktober mendatang sudah bisa meng-install jaringan listrik di kawasan tersebut. Targetnya hingga akhir 2017, seluruh 25 desa tersebut sudah mendapat pasokan listrik.

Dwi mengatakan, desa-desa yang belum teraliri listrik memiliki topografi atau medan yang berat. Kalau di daratan, ada kendala infrastruktur jalan. Tim PLN harus menggunakan transportasi laut untuk mengangkut seluruh barang yang akan dipakai untuk membangun jaringan listrik di kepulauan. Mengingat desa-desa di kepulauan juga sulit terjangkau dan akses masuk yang cukup sulit, dengan jalan yang tidak terlalu lebar, jalan rusak, tidak mulus, curam, berkelok-kelok, dan naik-turun.

sumber : Center
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement