Selasa 20 Jun 2017 11:34 WIB

Perbankan Syariah Perbaiki Tingkat Efisiensi

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Perbankan syariah
Perbankan syariah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan syariah tengah mendorong efisiensi kinerja perusahaan, seiring perbaikan kondisi perekonomian. Meskipun demikian, rasio biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO) masih berada di level sekitar 90 persen, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Bank BNI Syariah per Mei 2017 mencatatkan rasio BOPO yang relatif sama dibandingkan Desember 2016. BOPO per Des 2016 sebesar 87,67 persen, sedangkan Mei 2017 sebesar 87,63 persen.

"Upaya efisiensi terus kami jalankan untuk menekan biaya operasional dan memperbesar income karena target akhir tahun BOPO kami adalah 86 persen," ujar Direktur Bisnis Konsumer BNI Syariah Dhias Widiyanti kepada Republika, Selasa (20/6).

Dhias menjelaskan, penyebab tingginya BOPO antara lain karena kualitas aset yang menurun, sehingga perseroan menyiapkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) lebih besar, yakni sebesar Rp 245 miliar. Penurunan kualitas aset masih dalam antisipasi perusahaan dan masuk dalam watchlist BNI Syariah.

Meski tipis, Bank Syariah Mandiri (BSM) mencatatkan penurunan BOPO secara kuartal, dari 94,27 persen pada Maret 2016 menjadi 93,95 persen per Desember 2016 lalu menjadi 93,67 persen per Maret 2017. Nilai ini masih lebih tinggi daripada rata-rata perbankan syariah pada Maret 2017 yang sebesar 92,34 persen.

Sekretaris Perusahaan BSM, Dharmawan P Hadad mengatakan, pihaknya terus berupaya meningkatkan efisiensi, terbukti dengan rasio BOPO yang perlahan membaik.

"Upaya yang BSM lakukan untuk meningkatkan efisiensi diantaranya peningkatan produktifitas, optimalisasi kinerja cabang dan perbaikan end to end business process," tutur Dharmawan.

Di sisi lain, BSM mencatatkan kinerja positif pada kuartal I 2017. Secara umum pertumbuhan revenue kita lebih tinggi dari biaya. Revenue atau pendapatan margin bagi hasil tumbuh 10,35 persen secara tahunan (year on year/ yoy) dari Rp 1,55 triliun pada Maret 2017 menjadi Rp 1,73 triliun. Adapun biaya bagi hasil tumbuh 2,69 persen yoy dari Rp 625 miliar menjadi Rp 641 miliar per Maret 2017.

Menurut Direktur Utama BCA Syariah, John Kosasih, masih tingginya rasio BOPO perbankan syariah dikarenakan industri ini tergolong masih baru dibandingkan konvensional dan belum mencapai skala ekonomis. Seiring dengan penggunaan teknologi yang semakin efektif ia menilai tingkat efisiensi perbankan syariah pun akan semakin meningkat.

"Mungkin upaya menurut saya di penghematan, dari transformasi ke digital, core banking, dan sebagainya. Ini memang upaya yang tidak bisa sesaat karena perkembangan sangat cepat. Harus sustainable," kata John.

Sincerely,

Idealisa Masyrafina

Reporter Harian Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement