Jumat 16 Jun 2017 01:12 WIB

Kementerian PUPR Pacu Produktivitas Sektor Konstruksi

Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Yusid Toyib saat secara simbolis memberi sertifikasi terhadap sejumlah tenaga kerja konstruksi, Rabu (26/10).
Foto: ist
Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Yusid Toyib saat secara simbolis memberi sertifikasi terhadap sejumlah tenaga kerja konstruksi, Rabu (26/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memacu produktivitas sektor konstruksi. Sektor ini dinilai memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing Indonesia. 

Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Yusid Toyib mengatakan, sektor konstruksi harus terus dipacu lantaran infrastruktur merupakan salah satu faktor penentu tingkat daya saing nasional. Infrastruktur yang terintegrasi dan berkualitas akan menunjang aspek konektivitas yang memudahkan pergerakan barang, jasa, manusia, serta berdampak pada efisiensi biaya transportasi dan logistik. 

Dia mengatakan, dengan adanya konektivitas, kesejahteraan rakyat akan meningkat. Begitu pula dengan aktivitas bisnis. 

"Dengan konektivitas seluruh lapisan masyarakat mendapatkan kemudahan akses untuk memperoleh kebutuhan dasar," kata Yusid pada pembukaan Focus Group Discussion (FGD) Forum Nasional Strategi Peningkatan Produktivitas Konstruksi Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, di Jakarta, Kamis (15/6). 

Yusid menjelaskan, forum tersebut dijadikan ajang merancang strategi dan kebijakan peningkatan produktivitas konstruksi dengan menggerakkan seluruh pihak yang berkepentingan.  Melalui forum ini, diharapkan akan tersusun suatu gambaran lengkap mengenai potret kondisi sektor konstruksi Indonesia,  khususnya yang terkait dengan indikator pilar daya saing beserta akar permasalahannya.

"Sehingga dapat menjadi dasar untuk menentukan rekomendasi kebijakan beserta prioritas agar industri konstruksi nasional semakin produktif," ujarnya. 

Berdasarkan laporan The Global Competitiveness Report 2016-2017 yang dikeluarkan World Economic Forum,  daya saing infrastruktur Indonesia berada di peringkat 60, naik dua peringkat dari data tahun 2015-2016. 

Namun, Indonesia masih tertinggal di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Hal ini, kata dia, harus menjadi fokus perhatian bersama mengingat daya saing menjadi faktor utama untuk dapat mengambil peran aktif pada perdagangan internasional. 

“Daya saing akan mengantar kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri, menghasilkan devisa melalui ekspor barang dan jasa," katanya. 

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, sektor konstruksi menempati posisi ketiga sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia sepanjang 2016, dengan kontribusi sebesar 0,51 persen, setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. 

Sektor konstruksi juga berkontribusi cukup signifikan sebesar 10,38 persen dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). "Dengan daya saing yang semakin meningkat akan turut meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi," kata dia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement