REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengeluhkan harga telur yang menurutnya sudah terjun terlalu jauh. Memang, kata dia, dalam beberapa hari terakhir harga komoditas tersebut sudah naik tipis. Namun, harga ecerannya masih di bawah harga normal.
"Telur ini saya stress juga. Masih terlalu rendah, Rp 19 ribu-Rp 20 ribu per kilogram," ujar Mendag, usai blusukan di Pasar Kranggot, Cilegon, Kamis (15/6).
Padahal, harga acuan untuk telur idealnya adalah Rp 22 ribu per kilogram. Dengan harga acuan itu, seharusnya peternak mendapat Rp 18 ribu per kilogram. Namun, yang terjadi saat ini pengepul membeli telur dari peternak seharga Rp 16 ribu per kilogram.
Menurut Mendag, rendahnya harga telur ini disebabkan oleh pasokan yang lebih banyak dibanding permintaan. Sesuai dengan hukum ekonomi, kondisi yang demikian akan membuat harga jatuh. Sementara itu, peternak juga tidak bisa menyiasati kondisi tersebut dengan mengurangi produksi telur. "Kan kita tidak bisa menyuruh ayam berhenti bertelur," kata Mendag.
Enggar berharap, momentum bulan Ramadhan yang identik dengan peningkatan konsumsi kali ini dapat menggerek harga telur. Namun, ia menegaskan kenaikan harga tersebut nantinya harus ikut dinikmati peternak, jangan hanya di tingkat pedagang.