Jumat 30 Jun 2017 13:45 WIB

Mendag Sebut tak Ada Kenaikan Harga

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sidak pasar (Ilustrasi)
Foto: Republika/Zuli Istiqomah
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sidak pasar (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menteri Perdagangan Enggarsito Lukito menegaskan, bahwa selama Ramadhan hingga Lebaran 1438 Hijriah, tidak ada kenaikan harga komoditas pangan. Menurutnya, yang terjadi hanya kebiasaan berulang-ulang setiap Ramadhan yaitu harga-harga dinaikkan.

"Lebih dari 10 tahun terakhir ini setiap Ramadhan dan Lebaran selalu saja harga komoditas pangan dinaikkan, padahal sebenarnya tidak ada kenaikan harga dan pasokan berbagai komoditas pangan tersebut juga tidak ada masalah, bahkan berlimpah," kata Mendag Enggarsito Lukito usai meninjau Pasar Terpadu Dinoyo Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (30/6).

Dia memastikan, tidak adanya kenaikan harga bahan pokok tersebut berdasarkan data dari lapangan. Harga-harga bahan pokok tersebut juga tidak berpengaruh terhadap angka inflasi, bahkan tiga bulan lalu terjadi deflasi dan bulan lalu mengalami inflasi, namun sangat kecil.

Harga cabai rawit, katanya, tidak ada kenaikan, yakni seharga Rp 30 ribu per kilogram, beras tidak ada kenaikan, minyak goreng kemasan seharga Rp 11 ribu per liter, dan gula pasir seharga Rp 12.500 per kilogram. "Kalau ada ritel yang menjual lebih mahal dari harga eceran tertinggi (HET), akan kami segel," ujarnya.

Menyinggung harga daging, Enggarsito mengatakan cukup stabil, yakni daging segar seharga Rp 105 hingga Rp 120 ribu per kilogram dan daging beku seharga Rp 80 ribu per kilogram. "Kalau di Jatim memang belum ada distribusi daging beku karena saya menghormati kebijakan Gubernur Jatim yang melarang daging beku masuk ke provinsi ini," ucapnya.

Mengenai komoditas bawang merah, Mendag mengaku sudah berkomitmen untuk berhenti impor. Saat ini, Mendag bersama Menteri Pertanian (Mentan) terus berupaya mendorong petani menanam bawang merah secara mandiri.

Dalam waktu dekat, lanjutnya, Indonesia akan berhenti mengimpor kebutuhan dapur tersebut, karena berkaca pada pengalaman sebelumnya, upaya untuk tidak tergantung pada produk asing berhasil dilakukan, seperti impor wortel beberapa tahun lalu.

"Dulu petani kita takut, tapi sekarang produk wortel lokal kita bagus-bagus dan bersaing meski harganya sedikit mahal. Jadi petani tidak perlu takut menanam bawang merah, karena kami akan bukakan pasarnya. Sebenarnya, petani kita itu sederhana saja, kalau komoditas tanamannya harganya mahal dan ada pasar, mereka pasti mau tanam," katanya.

Ia mencontohnya, ketika harga gabah anjlok, pihaknya langsung menyurati Bulog agar membeli gabah petani dengan harga wajar. Bahkan, ketika harga bawang merah "terjun bebas" hingga Rp 8 ribu per kilogram, pihaknya juga menyurati Bulog agar membeli bawang petani dengan harag Rp 15 ribu per kilogram.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement