Kamis 15 Jun 2017 17:05 WIB

Belajar dari Koperasi yang Berkembang Bersama Anggota

Koperasi Agro Niaga Jabung (KAN Jabung)
Foto: dok
Koperasi Agro Niaga Jabung (KAN Jabung)

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Erik Purnama Putra/Wartawan Republika

Di sebuah Desa Kemantren, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, terdapat koperasi yang eksistensinya tidak perlu diragukan lagi manfaatnya bagi masyarakat sekitar, khususnya anggota. Koperasi Agro Niaga Jabung (KAN Jabung) namanya. KAN Jabung yang berdiri pada 27 Mei 1979 dulu menyandang nama Koperasi Unit Desa (KUD) Jabung, sebelum bertransformasi seperti sekarang.

KAN Jabung yang memiliki usaha inti di bidang sapi perah kini berkembang pesat hingga memiliki sekitar 2.000 anggota aktif. Anggotanya tidak hanya mencakup semua desa di Kecamatan Jabung, melainkan juga sampai di Kecamatan Pakis dan Tumpang. Koperasi yang memiliki delapan lini usaha ini, mencakup bisnis pengolahan limbah yang diubah menjadi biogas, bengkel dan angkutan, sarana produksi pertanian (saprotan) yang menyediakan puput, bibit, dan obat-obatan bagi petani, hingga bisnis tebu rakyat.

Ketua 1 KAN Jabung Ali Suhadi mengatakan, delapan macam lini bisnis yang dikembangkan KAN Jabung, dengan usaha inti sapi perah yang produk susunya dijual ke perusahaan multinasional. Menurut Ali, dalam membentuk lini bisnis tidak boleh setengah-setengah. Dia menerangkan, semua unit usaha harus tumbuh dan tak boleh ada satu yang timpang. Dia mencontohkan, bagi masyarakat yang mengembangkan pertanian tebu maka sejak produksi hingga pemasaran akan didukung KAN Jabung. Di bidang pembiayaan, kata dia, mereka yang menginginkan pupuk bisa mendapatkan pinjaman.

Karena jumlah pembiayaan cukup besar menjadi alasan KAN Jabung mendirikan bank tersendiri bernama Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Al Hijrah. Model bisnis pembiayaan sangat menunjang pengembangan usaha anggota koperasi. "Kita memberikan soft loan sebesar enam persen bunganya untuk para anggota. Ini cukup murah," ujarnya saat berbincang dengan Republika, belum lama ini.

Ali menerangkan, banyak manfaat menjadi anggota KAN Jabung. Dia menyebut, bagi yang memiliki latar belakang peternak bisa mendapatkan kepastian usaha dan produknya bisa diserap pasar. Mereka juga disediakan pakan ternak, pengobatan sapi kalau sakit, inseminasi, hingga perluasan kandang.

Dia mengatakan, KAN juga memiliki program rutin, berupa penyuluhan sebanyak 27 kali yang 15 di antaranya penyuluhan tersegmentasi selama sebulan bagi peternak sapi. Bagi mereka yang masih lemah dalam penanganan pemeliharaan sapi dan produksi susunya kurang bagus bisa mengikuti penyuluhan.

Dengan rutin terus menjalin komunikasi dengan anggota maka nantinya mereka memiliki kompetensi. Ketika anggota dalam suatu wilayah sudah cukup banyak, KAN Jabung mengangkat satu koordinator. Ali menerangkan, ketika masalah anggota di lapangan dapat tertangani dengan baik maka pada akhirnya hal itu berimbas positif pada kinerja koperasi. Sehingga ketika anggota diuntungkan maka koperasi juga mendapatkan manfaatnya.

"Fasilitas itu didapatkan anggota yang ikut pelatihan. Kami mengembangkan sumber daya dengan pendekatan community development. Jadi peternak bisa memiliki kemampuan teknis memerah sapi, merawat pedet (anak sapi), hingga memproduksi susu berkualitas," ujar Ali.

Ali menuturkan, semua unit usaha yang didirikan terus mampu menunjukkan perkembangan positif, bahkan khusus minimarket sanggup mengalahkan dua minimarket jejaring. Ternyata, kehadiran dua minimarket terkemuka tersebut tidak mampu mengurangi jumlah pelangan minimarket KAN Jabung. Selain karena faktor harga yang bersaing, kedekatan anggota dan masyarakat juga turut mendukung kelangsungan usaha milik koperasi tersebut.

Selain itu, KAN Jabung juga membuat unit usaha baru bernama Mimicow yang dianggap sebagai terobosan baru dalam dunia pariwisata edukatif susu. Mimicow selain menyasar kalangan keluarga yang ingin menikmati produk olahan susu, juga bisa dijadikan tempat nongkrong anak muda.

Aset terus bertambah

Dia menerangkan, capaian itu tentu tidak terjadi begitu saja karena membutuhkan perjuangan keras dan konsistensi yang panjang. Menurut dia, semua unit usaha yang dimiliki KAN Jabung bergerak dan dikelola dengan sistem yang sudah ditentukan. Sehingga ketika sistem itu berjalan maka siapa pun orang yang terlibat dalam setiap lini usaha pasti tinggal menjalankannya supaya bisa mendatangkan keuntungan.

Menurut Ali, secara keseluruhan aset KAN Jabung mencapai Rp 70 miliar dengan modal sendiri sebesar Rp 50 miliar. Hal yang membuatnya bangga, sebenarnya aset milik anggota lebih besar daripada milik koperasi. Dia mengungkap, saat memulai bisnis pengembangan sapi perah pada 1989, KAN Jabung hanya memiliki sapi sebanyak 460 ekor hasil impor. Saat ini, setelah menggandeng anggota sebagai mitra kerja maka secara keseluruhan jumlah sapi mencapai 10.500 ekor.

"Saat ini, secara aset kita nomor dua di Malang. Ciri khasnya koperasi ini membuat sebuah lini bisnis, lalu bisnis itu dianggap membawa manfaat, dan masyarakat kita ajak mengikutinya. Mereka merespon dengan baik, karena dilibatkan," ujar Ali.

Dengan mengacu harga satu ekor sapi per hari ini, Ali memperkirakan nilai aset anggota di unit sapi perah sudah melebihi Rp 100 miliar. Pun dengan aset koperasi dalam penanam tebu rakyat juga meningkat drastis. Saat awal dulu, lahan garapan tebu di wilayah Kecamatan Jabung hanya mencapai 80 hektare dan kini sudah melebihi 1.000 hektare.

Ali menjelaskan, pertumbuhan itu tidak terjadi begitu saja. Dia menerangkan, sejak 1985 dengan manajemen baru dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) masih terbatas, pengelola koperasi mulai berbenah diri dari keterpurukan.

Langkah itu dimulai dengan upaya membangun kembali kepercayaan anggota. Karena itu, sambung dia, manajemen baru yang ditunjukan bekerja keras dengan tidak segan-segan berkunjung dari rumah ke rumah untuk meyakinkan masyarakat. Adapun terkait kredit mecate, pengelola koperasi berusaha menyusun ulang kewajiban dan tunggakan kredit yang harus dibayarkan sesuai dengan kemampuan yang ada.

Di sisi lain, usaha tebu rakyat yang terlihat memiliki prospek cerah untuk bisa bangkit lagi, sekuat tenaga diberdayakan. Kerja sama dengan bank dan pabrik gula menjadi fokus utama disamping pendekatan dan pelayanan kepada petani tebu yang terus diperbaiki. Alhasil, baik pengurus dan manajemen koperasi harus mengencangkan ikat pinggang serta memanfaatkan setiap rupiah yang ada untuk hal-hal yang produktif.

Ali menerangkan, yang membedakan pengelolaan KAN Jabung dengan koperasi lain adalah pada tujuan untuk membentuk social entrepreneurship. Dia menerangkan, sebetulnya untuk mengelola koperasi itu hanya membutuhkan penanganan sederhana, yaitu harus menciptakan kreativitas.

Dengan adanya kreativitas maka bisa menghadirkan manfaat bagi anggota. Ketika lini bisnis berkembang maka masyarakat, khususnya anggota koperasi akan mengelilingi sendiri usaha yang bergerak tersebut.

"Itu yang harus dibuat koperasi social entrepreneurship. Kami membangun koperasi harus tekadnya sejak dulu bisa tumbuh dan berkembang bersama anggota," ujar Ali.

Ali memahami, kemajuan koperasi tidak bisa lepas dari pegawainya. Untuk itu, pihaknya tidak segan untuk memberikan kesempatan bagi karyawan berprestasi untuk menempuh jenjang pendidikan sarjana (S1) hingga pascasarjana (S2). Menurut Ali, semua biaya kuliah akan ditanggung KAN Jabung.

Menurut dia, pengeluaran untuk mendanai pegawai agar bisa menempuh jenjang pendidikan tinggi tidak membuat koperasi rugi. "Justru modal terbesar yang menempatkan KAN seperti sekarang karena SDM internal terus diperbaiki. Anak-anak yang berprestasi kita biayai kuliah," ujarnya.

Menurut Ali, banyaknya koperasi yang mati atau sulit berkembang lantaran rata-rata salah dalam mengelola sebuah organisasi. Sebelum aktif di KAN Jabung, Ali memiliki pengalaman selama lima tahun di Forum Koperasi se-Malang Raya. Menurut dia, kebanyakan pengurus koperasi selalu berdalih kekurangan modal untuk menggerakkan koperasinya. Dia pun tidak menemukan unsur kreativitas dalam diri pengurus sehingga banyak koperasi di Malang Raya yang akhirnya gulung tikar.

"Setiap kita tanya (ke pengurus koperasi lain), selalu kelemahannya modal. Padahal modal itu nomor sekian. Syarat utama itu ketekunan dan tak kenal putus asa dari pengurus. Itu justru modal terbesar dalam mengelola koperasi, bukan semata modal uang," tutur Ali.

Salah satu anggota KAN Jabung, M Mahfud mengatakan, banyak keuntungan yang bisa dirasakan dengan terdaftar sebagai anggota koperasi. Mahfud yang bergerak di bidang usaha tanam tebu mengatakan, ketika ia sedang tidak memiliki uang maka KAN Jabung bisa menyediakan pupuk pada masa tanam. "Pupuk-pupuk ini nanti saya bagi lagi ke petani dalam skala lebih kecil, karena mereka tak bisa langsung ambil dari koperasi," ujar Mahfud.

Menurut Mahfud, dengan adanya pertolongan tersebut setidaknya anggota koperasi tidak mengalami gangguan ketika mulai masa tanam, perawatan, hingga panen tiba. Dia menyatakan, pun ketika sedang membutuhkan dana untuk membayar para pekerja saat musim panen, KAN Jabung bisa menyediakannya terlebih dahulu. Nanti ketika tebu miliknya sudah diangkut ke pabrik dan dibayar, ia bisa mengembalikan utang tersebut.

"Ya memang ada bungnya pinjaman dari koperasi, tapi masih dalam tahap wajar. Tapi secara keseluruhan, banyak manfaat yang bisa diambil dengan jadi anggota koperasi, semisal butuh sesuatu yang mendadak," ujar Mahfud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement