REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar Financial Technology (Fintech) memang masih baru di Indonesia. Meski begitu, perkembangannya cukup cepat dan dinilai berpotensi tinggi.
PT Investree Radhika Jaya mengaku mencatat pertumbuhan positif hingga pertengahan tahun ini. "Pencapaian di 2017 sangat positif, pertumbuhan lebih dari 200 persen dari Desember 2016," ujar Co-founder dan CEO Investree Adrian Gunadi kepada Republika, Rabu, (14/6).
Ia menyebutkan, total pendanaan menembus Rp 150 miliar serta Rp 190 miliar per Mei 2017. Perusahaan menargetkan, sampai akhir tahun pendanaan bisa mencapai Rp 400 miliar.
"Momentum POJK (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) 77 serta terdaftarnya Investree di OJK membantu pertumbuhan. Dengan adanya kepercayaan lebih dari masyarakat," ujar Adrian.
Ia menuturkan, Investree fokus menggarap sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) terutama para pelaku usaha menengah. "Dengan 97 persen pembiayaan di produk invoice financing. Total pencapaian pendanaannya Rp 100 miliar di kuartal pertama tahun ini, hampir dua kali lipat dari pencapaian sepanjang 2016," jelas Adrian.
Ada beberapa strategi Investree, katanya, dalam memperluas pasar, di antaranya diversifikasi produk, ekspansi pasar, partnership dengan korporasi atau perusahaan e-commerce lainnya. "Termasuk, kami sedang berproses untuk produk variant yang shariah compliant," tambahnya.
Hanya saja, Adrian tidak memungkiri masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam mengembangkan produk Fintech. Tantangan itu meliputi Sumber Daya Manusia (SDM) dan edukasi pasar. Pasalnya pasar belum banyak memahami tentang produk Fintech.