REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) meluncurkan aplikasi dan situs Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang akan menjadi rujukan informasi harga untuk pengambilan kebijakan penanganan inflasi, dan perluasan informasi harga kepada produsen dan konsumen.
Gubernur BI Agus Martowardojo dalam peluncuran PIHPS di Jakarta, Senin, mengatakan penghimpunan data merupakan salah satu dari banyak tantangan yang masih membayangi upaya pengendalian harga untuk menjaga laju inflasi.
"Keberhasilan kebijakan inflasi tidak hanya memerlukan informasi tapi butuh dukungan data. Menindaklanjuti arahan Presiden di Brebes pada 11 April 2016, agar dikembangkan sistem informasi pangan yang sekaligus menjadi pusat informasi," kata Agus.
Ia menjelaskan pada tahap awal, PIHPS akan fokus pada 10 komoditas pangan yan berkontribusi lebih dari 50 persen terhadap inflasi kelompok tarif harga barang bergejolak (volatile foods), Merujuk aplikasi PIHPS pada situs www.hargapangan.id, 10 komoditas pangan strategis itu adalah beras, daging sapi, daging ayam, telur ayam, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, minyak goreng dan gula pasir.
Sasaran pengendalian harga 10 komoditas pangan ini menjadi tumpuan BI dan pemerintah mengendalikan inflasi volatile foods. Data yang disajikan PIHPS dihimpun dari 164 pasar tradisional di seluruh 34 provinsi.
Data tersebut dihimpun sejak pukul 09.00 WIB hingga 11.00 WIB, kemudian akan divalidasi BI pada pukul 10.00 sampai 12.00 dan selanjutnya dipublikasikan pukul 13.00 WIB. Aplikasi PIHPS dapat diakses oleh masyarakat melalui situs www.hargapangan.id atau dengan mengunduh aplikasi PIHPS Nasional versi android dan mesin operasi Apple iOS yang tersedia secara gratis.
Ke depannya, kata Agus, Bank Sentral akan mengembangkan aplikasi ini dengan memperluas cakupan data meliputi data di pasar modern, pedagang besar, hingga ke produsen. "Ke depan 2018 kami akan kembangkan data pada tingkat produsen untuk 10 komoditas yang sama. Kami juga akan kembangkan situs ini yang bisa jaga tingkat inflasi masyarakat. Dengan semakin luasnya akses informasi pangan, secara bertahap gejolak harga semakin rendah," kata Agus.
Melalui PIHPS, Bank Sentral ingin menjaga sasaran inflasi di 3--5 persen pada tahun ini dengan perhatian khusus kepada volatile foods, mengingat tekanan dari tarif yang diatur pemerintah (adminsitered prices) akan tinggi, setelah kebijakan penyesuaian subsidi energi pada tahun ini.
BI dan pemerintah ingin menjaga inflasi volatile foods di rentang 4-5 persen (year on year) tahun ini.
Adapun pemerintah mencantumkan asumsi inflasi secara keseluruhan sebesar empat persen di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017.