Rabu 07 Jun 2017 13:01 WIB

Harga Pangan Diyakini tak Naik Tinggi, Ini Alasannya

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Pengunjung berbelanja sayuran di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Jumat (26/5). Menjelang Ramadhan, beberapa jenis sayuran dan sembako mengalami kenaikan harga.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pengunjung berbelanja sayuran di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Jumat (26/5). Menjelang Ramadhan, beberapa jenis sayuran dan sembako mengalami kenaikan harga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menegaskan untuk menjaga harga bahan pokok strategis sepanjang periode puasa hingga Lebaran tahun ini. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, menilik tren inflasi yang stabil di level rendah sejak awal tahun, ia yakin harga bahan pokok tidak akan melonjak tinggi hingga Lebaran mendatang.

"Jangan sampai di otak pedagang, ibu rumah tangga, semuanya, kalau puasa Lebaran harga mesti melonjak. Kita harus usahakan tidak. Mulai tahun lalu sebenarnya sudah diubah. Tahun lalu lumayan, tapi volatile foodnya masih agak tinggi. Tahun ini kita usahakan," kata Darmin di kantornya, Jakarta, Rabu (7/6).

Menurutnya, stabilitas harga bahan pokok sangat bergantung pada kelancaran distribusi. Hal ini berhubungan dengan jumlah pasokan yang ada. Namun, meski ada kaitannya dengan pasokan, Darmin menegaskan bahwa impor tidak selalu menjadi solusi.

"Sekarang malah bawang pasokannya banyak. Jadi kita ya harus usahakan jangan terlalu rendah. Nanti kapok dia (petani ) nanam, kalau kapok cilaka lagi kita tahun depan," ujar Darmin.

Dari sejumlah komoditas pokok yang rawan mengalami kenaikan, beras dinilai paling stabil harganya. Meski belum swasembada beras sepenuhnya, Darmin menilai bahwa pasokan yang ada sudah bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Jagung juga sedang kita usahakan. Sekarang nggak ada impornya. Tapi naik di gandum. Itu loh petelor pakainya gandum. Tinggal mengatur nanti harganya jangan ketinggian," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement