REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengusulkan pengamanan tertutup diterapkan di sejumlah bandara, terminal, stasiun, dan pelabuhan selama musim mudik. Ia menjelaskan, pengamanan tertutup berarti aparat keamanan melakukan tugasnya tanpa memakai seragam resmi agar lebih mudah berbaur dengan masyarakat umum.
"Kita usulkan agar TNI dan Polri pakai pakaian preman. Jadi bapak-bapak itu bisa lebih leluasa dalam mengamati bila terjadi sesuatu yang mencurigakan," ujar Budi Karya, usai memimpin rapat koordinasi angkutan lebaran di kantornya, Jumat (26/5).
Menhub sebelumnya juga telah menginstruksikan pada seluruh jajarannya untuk memperketat pengamanan di semua bandara, terminal, stasiun dan pelabuhan. Hal ini menyusul serangan teror yang terjadi di Terminal Kampung Melayu beberapa waktu lalu.
"Dengan adanya kejadian teror kemarin, saya meminta ada persiapan keamanan secara khusus," ucapnya.
Dalam rapat tersebut, Direktur Utama PT. Angkasa Pura II Muhammad Awaludin menambahkan, khusus di Bandara Soekarno Hatta, selama musim mudik akan ada 307 personel TNI, 560 personel Polri dan 3.500 personel keamanan bandara yang berjaga. Selain itu, penguatan pengamanan juga dilakukan dengan tambahan frekuensi patroli jalan kaki.
"Biasanya patroli jalan kaki hanya 2-3 kali sehari, sekarang ditingkatkan sampai 6 kali sehari," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia (KAI) Edi Sukmoro menambahkan, ada 1.437 personel keamanan yang akan berjaga di seluruh stasiun-stasiun besar tujuan utama pemudik. Selain itu, KAI juga mengupayakan penambahan personel di titik boarding untuk mengecek setiap orang yang akan masuk ke lingkungan stasiun.