Sabtu 27 May 2017 10:22 WIB

Fintech Jadikan Sarnati Perempuan Mandiri

Sarnati dan toko bahan kebutuhan sehari-harinya
Foto: Amartha
Sarnati dan toko bahan kebutuhan sehari-harinya

REPUBLIKA.CO.ID, “Orang pada masih tidur saya mah udah bangun nyiapin dagangan, goreng-gorengin tempe, tahu dan gorengan lain, bikin lontong buat dijual pagi-pagi”, ujar Sarnati menceritakan rutinitasnya sehari-hari.

Wanita tangguh yang telah berusia 46 tahun ini, tidak pernah meninggalkan rutinitasnya untuk bangun pagi-pagi buta setiap hari. Tepatnya sekitar pukul 02.00 WIB, ia bangun lalu bergegas memasak aneka dagangannya, seperti lontong sayur dan bumbu untuk lontong, berbagai gorengan juga ketan, serta uli.

Selain itu, setelah selesai menjual aneka makanan di pagi hari Sarnati juga berjualan aneka kebutuhan sehari-hari. Mulai dari beras, sabun, telur, bumbu dapur, jajanan ringan dan masih banyak lagi. Setiap harinya ia berjualan hingga larut malam sekitar pukul 22.00 WIB, namun untuk gorengan, lontong dan juga ketan biasanya sudah habis di siang harinya.

Usaha yang pertama kali ia geluti sebenarnya adalah membuat keset. Namun ia merasa bahwa usahanya tersebut kurang berkembang, serta tidak mendatangkan pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Kemudian pada tahun 2013, ia mantap banting stir dengan memulai usaha barunya, yaitu berjualan sembako juga berbagai makanan berat dan ringan.

Bergabung bersama Amartha, menjadikan berkah tersendiri untuknya. Dulu karena kekurangan modal, ia hanya dapat berjualan ala kadarnya saja dan menghasilkan produk dengan jumlah terbatas. Itu membuat keuntungan yang diperoleh pun hanya sedikit. Tak lebih dari 100 ribu rupiah kala itu. 

Lalu, suntikan modal dari Amartha pertama kali sebesar tiga juta rupiah, ia gunakan untuk membeli beberapa barang dagangan dan juga modal untuk menjual makanan berat serta gorengan. Lewat usaha berjualan makanan, gorengan dan juga sembako, Sarnati mampu meraup omzet hingga Rp 300 setiap harinya, hal ini berarti ia mampu mengumpulkan sekitar Rp 8,4 juta setiap bulannya. 

Uang yang ia dapatkan dari berjualan, kemudian ia putarkan kembali untuk modal dagangannya. Uang itu juga digunakan untuk biaya sekolah anak serta tentunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

 

Berpikir Kreatif

Membuka usaha di bidang makanan dan juga warung yang menyediakan kebutuhan sehari-hari tentu sudah bertaburan, hal tersebut membuat persaingan Sarnati sebagai seorang pedagang menjadi semakin ketat. Sadar akan persaingan usaha yang makin ketat pada usaha berjualan makanan dan juga kebutuhan sehari-hari, Sarnati mulai putar otak agar dapat bersaing dengan pesaingnya dan tetap memiliki pelanggan tetap untuk membeli produknya.

Ia pun lantas memutuskan untuk menjual ketan dan juga uli, sebagai variasi dagangannya yang belum dijual oleh orang lain. Ternyata, Uli dan ketan buatannya itu laris manis disambut hangat oleh pembeli setiap paginya.

“Saya seneng sih pada suka sama ketan dan uli buatan saya. Ya soalnya di sini gak ada yang jualan ketan sama uli, jadi larinya pada ke sini. Lumayan juga buat nambah-nambah pemasukan,” jelas Sarnati dengan penuh rasa semangat.

Inovasi yang dilakukan oleh Sarnati terbukti mampu menarik pembeli untuk mau membeli produk buatannya. Ia percaya bahwa apa yang dia kerjakan pasti tidak sia-sia. Berpikir kreatif dan menciptakan inovasi merupakan salah satu terobosan jitu untuk terus bersaing di tengah-tengah perkembangan zaman yang semakin sulit untuk diprediksi.

(Baca juga: Yanah Kembangkan Bisnis Ikan dengan Bantuan Fintech)

 

Tak Kenal Lelah

Semakin banyak berusaha maka akan semakin banyak jalan untuk lebih sukses. Agaknya hal tersebut sejalan dengan pemikiran Sarnati, untuk tetap bertahan hidup dan menyejahterakan keluarganya di tengah gempuran zaman yang semakin berat.

Banyak hal yang telah ia lakukan demi menambah pundi-pundi rupiah bagi keluarganya, dari awalnya hanya berjualan keset kemudian banting stir menjadi berjualan aneka makanan dan juga kebutuhan sehari-hari, lalu saat ini, ia pun mulai merintis usaha barunya yaitu membuka counter handphone.

Pinjaman terakhir yang ia dapatkan sebesar lima juta rupiah, segera ia putar untuk menghasilkan pendapatan tambahan. Sarnati lantas segera memulai untuk renovasi rumahnya, membangun ruangan khusus counter handphone, yang nantinya akan ia menjadi tempat usaha barunya.

Ia terus bertekad untuk dapat mengembangkan usaha barunya ini untuk lebih besar dan sukses. “Saya dikit-dikit ngumpulin uang untuk counter ini, pengennya cepet kebeli kartu perdananya yang banyak dan lengkap, terus saldo buat pulsa dan lain-lainnya lebih banyak,” ujar Sarnati akan harapan kedepannya untuk usaha baru yang sedang ia rintis.

Amartha sebagai salah satu perusahaan finansial teknologi di Indonesia, terus bertekad untuk mendorong geliat usaha mikro dan kecil layaknya usaha milik Sarnati, agar lebih maju dan berkembang. Tentunya melalui suntikan modal yang berasal dari dana investasi para investor Amartha. Hingga saat ini, telah lebih dari 38 ribu mitra yang kami danai di berbagai pelosok pedesaan Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement