Jumat 26 May 2017 02:50 WIB

Bawang Putih Tingkatkan Pendapatan Warga Desa Sembalun

Rep: Kabul Astuti/ Red: Budi Raharjo
Menteri Desa PDTT, Eko Putro Sandjojo saat kunungan kerja di Desa Sembalun Lawang, Lombok Timur, Rabu (24/5).
Foto: dok. Humas Mendes PDT
Menteri Desa PDTT, Eko Putro Sandjojo saat kunungan kerja di Desa Sembalun Lawang, Lombok Timur, Rabu (24/5).

REPUBLIKA.CO.ID,LOMBOK TIMUR -- Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo, menekankan pentingnya setiap desa untuk fokus mengembangkan produk unggulan. Jika setiap desa fokus pada produk unggulan, ia yakin akan memberi dampak positif, khususnya peningkatan pendapatan masyarakat.

“Dengan fokus pada produk unggulan, maka skala produksinya akan semakin besar. Saya yakin sarana pascapanen akan masuk, gudang juga tersedia, sehingga para petani saat panen tak pusing lagi tentang harga. Pendapatan juga bisa meningkat,” ujar Eko usai menanam bawang putih di Desa Sembalun Lawang, Lombok Timur, dalam siaran pers diterima Republika.

Selain fokus pada satu produk, Eko juga meminta agar desa-desa di Nusa Tenggara Barat membuat embung. Hal tersebut dapat membantu mendorong produktivitas pertanian. Masa panen bisa meningkat menjadi 3-4 kali panen dalam setahun.

Menurut Eko, infrastruktur embung dapat dibangun dengan mengalokasikan dana desa sebesar Rp 200-Rp 500 juta. Jika tidak fokus pada produk unggulan atau sektor pariwisata dan tidak membuat embung, ia mengancam tahun depan dana desa tidak akan dinaikkan.

Manfaat dari fokus pada satu produk unggulan telah dirasakan petani di Desa Sembalun Lawang. Mereka fokus mengembangkan bawang putih sebagai produk unggulan desa. Dampaknya pun semakin dirasakan, khususnya peningkatan pendapatan masyarakat.

Ketua Kelompok Tani Lembah Pusuk, Indriati mengatakan tambahan pendapatan meningkat rata-rata minimal 25 persen atau sekitar Rp 30-45 juta. Penghasilan itu baru dari bawang putih saja. Dengan luas ladang mencapai 200 hektare, warga mampu memproduksi hingga 17 ton tiap hektarenya. Masa panennya tiap 3,5 bulan.

“Di sini terkenalnya bawang putih Sangga Sembalun. Aromanya lebih kuat, pedasnya juga lebih terasa. Kalau bawang putih lain itu butuh 10 siung, bawang ini hanya butuh 3 siung. Dengan keunggulan tersebut, produk kita bahkan mampu memasok hingga ke pulau seberang,” ujar Indriati.

Indriati yang juga menjadi penyuluh pertanian mengakui, kemauan warga untuk fokus mengembangkan bawang putih sempat meredup karena persoalan penyakit tanaman dan fluktuasi harga. Para petani pun sempat menanam cabai dan sayuran.

Semangat untuk mengembangkan bawang muncul kembali karena keyakinan akan ciri khas produk unggulan pertanian Desa Sembalun yang tak dimiliki daerah lainnya. Terlebih, tambahan pendapatan telah dirasakan warga.

Indriati mengungkapkan, bawang putih Sangga Sembalun pernah dikirim ke Bali hingga 37 ton, Bima 8 ton, Kupang 2 ton, dan Kalimantan 1,5 ton. Cita-cita Desa Sembalun dengan pengembangan produk unggulan ini adalah menjadi sentra bawang putih dan memenuhi stok nasional.

“Tahun 1990-an Kecamatan Sembalun paling banyak yang berangkat naik haji. Harapannya, semakin berkembangnya bawang putih ini, momen tersebut bisa datang lagi bagi masyarakat di Kecamatan Sembalun ini,” ujar Indriati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement