Senin 22 May 2017 19:01 WIB

PLN Bantu Siapkan Santri Kompeten

Rep: Rakhmat Hadi Sucipto/ Red: Hiru Muhammad
Dirut PLN Sofyan Basir menandatangani prasasti pembangunan SMK Terpadu 1 Yaspida, Pondok Pesantren Salafi Terpadu Darussyifa Al-fitroh Perguruan Islam Yaspida, di Sukabumi, Jabar, Ahad (21/5), disaksikan Menteri BUMN Rini Soemarno dan pengasuh pondok KH ESupriatna Mubarok (ketiga dari kanan).
Foto: dok Rakhmat Hadi Sucipto/Republika
Dirut PLN Sofyan Basir menandatangani prasasti pembangunan SMK Terpadu 1 Yaspida, Pondok Pesantren Salafi Terpadu Darussyifa Al-fitroh Perguruan Islam Yaspida, di Sukabumi, Jabar, Ahad (21/5), disaksikan Menteri BUMN Rini Soemarno dan pengasuh pondok KH ESupriatna Mubarok (ketiga dari kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) membantu menyiapkan lulusan pesantren agar memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh kalangan swasta dan industri. Direktur Utama PT PLN Sofyan Basir menyatakan, pendidikan vokasional ini sesuai dengan bidang garapan PLN.

“Kita ingin memberdayakan para santri secara ekonomi, memberikan vokasi-vokasi, bagaimana juga mencari cara untuk mendidik mereka dengan lebih baik,” ungkap Sofyan saat berkunjung ke Pondok Pesantren Salafi Terpadu Darussyifa Al-fitroh, Perguruan Islam Yaspida, di Sukabumi, Jakbar, Ahad (21/5).

Keahlian sederhana yang akan diajarkan oleh PLN, misalnya cara membangun gardu transmisi listrik dan instalasi rumah. “Sehingga mereka tidak hanya diberikan ilmu agama, tetapi juga ilmu dalam masalah kehidupan. Dalam arti kata, setelah mereka selesai menempuh pendidikan di pesantren, para santri mempunyai keahlian,” jelas Sofyan.

Sofyan berharap setelah lulus dari pesantren, santri memiliki wawasan bisnis sehingga mereka bisa bekerja dan berpenghasilan. Mereka akan lebih hebat lagi karena semua BUMN juga sudah diminta oleh Kementerian BUMN agar rajin masuk ke pesantren dan terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah-sekolah pesantren, termasuk di Sukabumi. “Kita sebagai BUMN tentu harus peduli dengan pesantren dan para santri,” ujarnya.

Sofyan mengamati selama ini BUMN belum begitu intensif dalam mendorong dan membantu pendidikan di pesantren. Padahal, mereka sangat membutuhkan dukungan dari banyak pihak, khususnya BUMN. Dia melihat banyak pesantren yang tidak layak. “Kita sering melihat mereka menghadapi masalah MCK (mandi, cuci, kakus) dan juga masalah asramanya,” tutur Sofyan. 

Mayoritas sanitasi di pesantren, menurut Sofyan, juga kurang bersih. Dapur kurang bersih, air bersih sering tidak ada. Ini yang harus diperhatikan karena mereka menerima siswa dari seluruh Indonesia. Pemuda dan pemudi dari Kalimantan, Sumatra, Ambon, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan dari daerah-daerah lainnya banyak yang masuk ke pesantren-pesantren di Jawa dan termasuk di daerah Sukabumi ini.

Beban pendidikan di pesantren juga terbilang lebih berat. Menurut Sofyan, pesantren melaksanakan pendidikan formal dan pendidikan agama. Jadi ada dua pendidikan yang diberikan di pesantren.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement