REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Energi dan Sumber Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan pihaknya sedang mengevaluasi pengelola blok Rokan selanjutnya. Saat ini lapangan minyak terbesar Asia Tenggara yang terletak di Provinsi Riau itu dikelola PT Chevron Pacific Indonesia (CPI).
Kontrak CPI bersama Rokan akan berakhir pada 2021. "Kita sedang evaluasi siapa yang terbaik. Belum ada keputusan apakah BUMD, Pertamina, atau continue dengan Chevron," kata Arcandra saat ditemui di Forum IPA Convex 2017, di Gedung JCC, Rabu (17/5).
Arcandra menegaskan pemerintah serius memutuskan terkait kelanjutan proyek ini. Pasalnya lapangan Rokan berandil besar dalam menyuplai kebutuhan nasional.
"Karena blok ini signifikan, kita tidak bisa main-main. Keputusannya harus prudent. Harus hati-hati melihat berbagai aspek pengembangan blok ini," tutur alumnus Institut Tenologi Bandung ini.
Arcandra menjelaskan. mengenai skema yang dipakai bisa menggunakan Gross Split, jika lapangan ini terminasi. Namun apabila operasi berlanjut, maka kontraktor bisa memilih apakah memakai GS atau Cost Recovery.
SVP Policy Government and Public Affair PT CPI, Yanto Sianipar, belum memberikan penjelasan mengenai posisi perusahaannya ke depan. Chevron, kata dia masih mempertimbangkan dari sisi hukum, dan iklim investasi hulu migas di tanah air. Saat ini, pihaknya fokus mengelola blok tersebut demi kebutuhan energi nasional.
"Kami berkomitmen memproduksi lapangan Rokan semaksimal mungkin dengan biaya seefisien mungkin," ujar Yanto.
Pada 2016, blok dengan luas 6.264 kilometer persegi itu memproduksi minyak 256 ribu barel per hari. Chevron menjadi pengelola lapangan tersebut sejak 1971.