REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Kementerian Pertanian memastikan stok daging sapi selama bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri tahun 2017 ini akan cukup tersedia. Hal didasarkan pada perhitungan ketersediaan ternak sapi dan tingkat konsumsi selama dua bulan ke depan.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Ketut Diarmita, di sela kunjungan Komisi IV DPR di Purbalingga (Jateng), Rabu (3/5), menyebutkan prognosa kebutuhan daging sapi pada April hingga Juni 2017 diprediksi mengalami kenaikan 20 persen dari rata-rata kebutuhan nasional 50.413 ton per bulan, atau menjadi sekitar 156.085 ton.
Sementara selama April–Juni 2017, ketersediaan daging di dalam negeri, tercatat sebanyak 187.318 ton. ''Ini artinya, dari ketersediaan yang ada dikurangi kebutuhan daging setelah ditambah asumsi kenaikan 20 persen, masih sangat mencukupi. Bahkan akan tersisa stok daging 15.914 ton,'' katanya.
Menurut I Ketut Diarmita, ketersediaan daging selama April–Juni ini berasal dari berbagai sumber. Antara lain dari stok daging impor di kalangan importir sebanyak 8.473 ton, daging kerbau yang merupakan stok daging di Bulog sebanyak 42.128 ton, sapi bakalan sebanyak 160 ribu ekor atau setara dengan daging 31.840 ton, dan juga rencana realisasi impor daging sapi selama Bulan Mei–Juni 2017 sebanyak 13.364 ton.
Jumlah ini masih ditambah lagi dengan prediksi ketersediaan daging sapi lokal yang diperkirakan sebanyak 91.513 ton. ''Untuk memenuhi ketersediaan daging sapi dan kerbau ini, kami juga telah meminta komitmen para importir untuk merealisasikan PI (Perizinan Impor) pada bulan Mei dan Juni serta melakukan operasi pasar di sejumlah pasar tradisional yang telah ditentukan. Hal ini juga untuk menjaga stabilitas harga di pasaran,'' katanya.
Sedang kepada para pelaku usaha feedloter (importir sapi bakalan), Ketut Diarmita mengaku sudah meminta untuk melakukan pemotongan stok sapi bakalan pada bulan Mei dan Juni. ''Kami juga meminta kepada Pemerintah Daerah untuk menjamin ketersedian daging sapi/kerbau lokal di wilayahnya melalui pengawasan stok dan pemotongan di rumah pemotongan hewan,'' tegasnya.
Di bagian lain Ketut Diarmita juga mengatakan, sejalan dengan pembangunan peternakan nasional sesuai yang tertuang dalam nawacita Presiden Joko Widodo, pihaknya pada tahun 2017 ini mengadakan kegiatan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab).
Program ini berorientasi pada peningkatan populasi sapi milik peternal lokal untuk mencapai swasembada protein hewani asal ternak. Peningkatan populasi ini juga dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan dari impor dan sekaligus mendukung Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dunia.
''Melalui kegiatan Upsus Siwab yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia, kami berkomitmen untuk mewujudkan kebuntingan pada 3 juta ekor sapi pada tahun 2017, sehingga suatu saat nanti Indonesia bisa mengekspor daging ke luar negeri. Potensi ini ada karena saat ini saja populasi sapi dan kerbau sudah mencapai 13,5 juta ekor,'' ungkapnya.